Monday 12 August 2013

Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan “Keluarga Bahagia tanpa Problema”


Berikut ini sepuluh wasiat untuk wanita, untuk istri, untuk ibu rumah tangga dan ibunya anak-anak yang ingin menjadikan rumahnya sebagai pondok yang tenang dan tempat nan aman yang dipenuhi cinta dan kasih sayang, ketenangan dan kelembutan.

Wahai wanita mukminah!
Sepuluh wasiat ini aku persembahkan untukmu, yang dengannya engkau membuat ridla Tuhanmu, engau dapat membahagiakan suamimu dan engkau dapat menjaga tahtamu.
Wasiat Pertama: Takwa kepada Allah dan menjauhi maksiat
Bila engkau ingin kesengsaraan bersarang di rumahmu dan bertunas, maka bermaksiatlah kepada Allah!!
Sesungguhnya kemaksiatan menghancurkan negeri dan menggoncangkan kerajaan. Maka janganlah engkau goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Allah dan jangan engkau seperti Fulanah yang telah bermaksiat kepada Allah… Maka ia berkata dengan menyesal penuh tangis setelah dicerai oleh sang suami: “Ketaatan menyatukan kami dan maksiat menceraikan kami…”
Wahai hamba Allah… Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu dan menjaga untukmu suamimu dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan mencerai-beraikan keutuhannya.
Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata “Aku mohon ampun kepada Allah… itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku)…”
Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya:
- Meninggalkan shalat atau mengakhirkannya atau menunaikannya dengan cara yang tidak benar. Duduk di majlis ghibah dan namimah, berbuat riya’ dan sum’ah.
- Menjelekkan dan mengejek orang lain. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).” (Al Hujuraat: 11)
- Keluar menuju pasar tanpa kepentingan yang sangat mendesak dan tanpa didampingi mahram. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَحَبُّ الْبِلادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهُمْ وَأَبْغَضَ الْبِلادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهُمْ
“Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.”1
- Mendidik anak dengan pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para pembantu dan pendidik-pendidik yang kafir.
- Meniru wanita-wanita kafir. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.”2
- Menyaksikan film-film porno dan mendengarkan nyanyian.
- Membaca majalah-majalah lawakan/humor.
- Membiarkan sopir dan pembantu masuk ke dalam rumah tanpa kepentingan mendesak.
- Membiarkan suami dalam kemaksiatannya.3
- Bersahabat dengan wanita-wantia fajir dan fasik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
“Seseorang itu menurut agama temannya.”4
- Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur (membuka wajah)
Wasiat kedua: Berupaya mengenal dan memahami suami
Hendaknya seorang istri berupaya memahami suaminya. Ia tahu apa yang disukai suami maka ia berusaha memenuhinya. Dan ia tahu apa yang dibenci suami maka ia berupaya untuk menjauhinya, dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al Khaliq (Allah Ta`ala). Berikut ini dengarkanlah kisah seorang istri yang bijaksana yang berupaya memahami suaminya.
Berkata sang suami kepada temannya: “Selama dua puluh tahun hidup bersama belum pernah aku melihat dari istriku perkara yang dapat membuatku marah.”
Maka berkata temannya dengan heran: “Bagaimana hal itu bisa terjadi.”
Berkata sang suami: “Pada malam pertama aku masuk menemui istriku, aku mendekat padanya dan aku hendak menggapainya dengan tanganku, maka ia berkata: ‘Jangan tergesa-gesa wahai Abu Umayyah.’ Lalu ia berkata: ‘Segala puji bagi Allah dan shalawat atas Rasulullah… Aku adalah wanita asing, aku tidak tahu tentang akhlakmu, maka terangkanlah kepadaku apa yang engkau sukai niscaya aku akan melakukannya dan apa yang engkau tidak sukai niscaya aku akan meninggalkannya.’ Kemudian ia berkata: ‘Aku ucapkan perkataaan ini dan aku mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan dirimu.’”
Berkata sang suami kepada temannya: “Demi Allah, ia mengharuskan aku untuk berkhutbah pada kesempatan tersebut. Maka aku katakan: ‘Segala puji bagi Allah dan aku mengucapkan shalawat dan salam atas Nabi dan keluarganya. Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang bila engkau tetap berpegang padanya, maka itu adalah kebahagiaan untukmu dan jika engkau tinggalkan (tidak melaksanakannya) jadilah itu sebagai bukti untuk menyalahkanmu. Aku menyukai ini dan itu, dan aku benci ini dan itu. Apa yang engkau lihat dari kebaikan maka sebarkanlah dan apa yang engkau lihat dari kejelekkan tutupilah.’ Istri berkata: ‘Apakah engkau suka bila aku mengunjungi keluargaku?’ Aku menjawab: ‘Aku tidak suka kerabat istriku bosan terhadapku’ (yakni si suami tidak menginginkan istrinya sering berkunjung). Ia berkata lagi: ‘Siapa di antara tetanggamu yang engkau suka untuk masuk ke rumahmu maka aku akan izinkan ia masuk? Dan siapa yang engkau tidak sukai maka akupun tidak menyukainya?’ Aku katakan: ‘Bani Fulan adalah kaum yang shaleh dan Bani Fulan adalah kaum yang jelek.’”
Berkata sang suami kepada temannya: “Lalu aku melewati malam yang paling indah bersamanya. Dan aku hidup bersamanya selama setahun dalam keadaan tidak pernah aku melihat kecuali apa yang aku sukai. Suatu ketika di permulaan tahun, tatkala aku pulang dari tempat kerjaku, aku dapatkan ibu mertuaku ada di rumahku. Lalu ibu mertuaku berkata kepadaku: ‘Bagaimana pendapatmu tentang istrimu?’”
Aku jawab: “Ia sebaik-baik istri.”
Ibu mertuaku berkata: “Wahai Abu Umayyah.. Demi Allah, tidak ada yang dimiliki para suami di rumah-rumah mereka yang lebih jelek daripada istri penentang (lancang). Maka didiklah dan perbaikilah akhlaknya sesuai dengan kehendakmu.”
Berkata sang suami: “Maka ia tinggal bersamaku selama dua puluh tahun, belum pernah aku mengingkari perbuatannya sedikitpun kecuali sekali, itupun karena aku berbuat dhalim padanya.”5
Alangkah bahagia kehidupannya…! Demi Allah, aku tidak tahu apakah kekagumanku tertuju pada istri tersebut dan kecerdasan yang dimilikinya? Ataukah tertuju pada sang ibu dan pendidikan yang diberikan untuk putrinya? Ataukah terhadap sang suami dan hikmah yang dimilikinya? Itu adalah keutamaan Allah yang diberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki.
Wasiat ketiga: Ketaatan yang nyata kepada suami dan bergaul dengan baik
Sesungguhnya hak suami atas istrinya itu besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرَا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”6
Hak suami yang pertama adalah ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan baik dalam bergaul dengannya serta tidak mendurhakainya. Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِثْنَانِ لا تُجَاوِزُ صَلاتُهُمَا رُؤُوْسُهُمَا: عَبْدٌ آبَق مِنْ مَوَالِيْهِ حَتَّى يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ
“Dua golongan yang shalatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu budak yang lari dari tuannya hingga ia kembali dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali.”7
Karena itulah Aisyah Ummul Mukminin berkata dalam memberi nasehat kepada para wanita: “Wahai sekalian wanita, seandainya kalian mengetahui hak suami-suami kalian atas diri kalian niscaya akan ada seorang wanita di antara kalian yang mengusap debu dari kedua kaki suaminya dengan pipinya.”8
Engkau termasuk sebaik-baik wanita!!
Dengan ketaatanmu kepada suamimu dan baiknya pergaulanmu terhadapnya, engkau akan menjadi sebaik-baik wanita, dengan izin Allah. Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wanita bagaimanakah yang terbaik?” Beliau menjawab:
اَلَّتِى تَسِرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلا تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلا مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Yang menyenangkan suami ketika dipandang, taat kepada suami jika diperintah dan ia tidak menyalahi pada dirinya dan hartanya dengan yang tidak disukai suaminya.” (Isnadnya hasan)
Ketahuilah, engkau termasuk penduduk surga dengan izin Allah, jika engkau bertakwa kepada Allah dan taat kepada suamimu, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اَلْمَرْأَةُ إِذَا صَلَّتْ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَأَحْصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، فَلْتَدْخُلُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Bila seorang wanita shalat lima waktu, puasa pada bulan Ramadlan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.”9
Wasiat keempat: Bersikap qana’ah (merasa cukup)
Kami menginginkan wanita muslimah ridla dengan apa yang diberikan (suami) untuknya baik itu sedikit ataupun banyak. Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya atau meminta sesuatu yang tidak perlu. Dalam riwayat disebutkan “Wanita yang paling besar barakahnya.” Wahai siapa gerangan wanita itu?! Apakah dia yang menghambur-hamburkan harta menuruti selera syahwatnya dan mengenyangkan keinginannya? Ataukah dia yang biasa mengenakan pakaian termahal walau suaminya harus berhutang kepada teman-temannya untuk membayar harganya?! Sekali-kali tidak… demi Allah, namun (mereka adalah):
أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةٌ، أَيْسَرُّهُنَّ مُؤْنَةً
“Wanita yang paling besar barakahnya adalah yang paling ringan maharnya.”10
Renungkanlah wahai suadariku muslimah adabnya wanita salaf radliallahu ‘anhunna… Salah seorang dari mereka bila suaminya hendak keluar rumah ia mewasiatkan satu wasiat padanya. Apa wasiatnya? Ia berkata kepada sang suami: “Hati-hatilah engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar dari rasa lapar namun kami tidak bisa sabar dari api neraka…”
Adapun sebagian wanita kita pada hari ini apa yang mereka wasiatkan kepada suaminya jika hendak keluar rumah?! Tak perlu pertanyaan ini dijawab karena aku yakin engkau lebih tahu jawabannya dari pada diriku.
Wasiat kelima: Baik dalam mengatur urusan rumah, seperti mendidik anak-anak dan tidak menyerahkannya pada pembantu, menjaga kebersihan rumah dan menatanya dengan baik dan menyiapkan makan pada waktunya. Termasuk pengaturan yang baik adalah istri membelanjakan harta suaminya pada tempatnya (dengan baik), maka ia tidak berlebih-lebihan dalam perhiasan dan alat-alat kecantikan.
Renungkanlah semoga Allah menjagamu, kisah seorang wanita, istri seorang tukang kayu… Ia bercerita: “Jika suamiku keluar mencari kayu (mengumpulkan kayu dari gunung) aku ikut merasakan kesulitan yang ia temui dalam mencari rezki, dan aku turut merasakan hausnya yang sangat di gunung hingga hampir-hampir tenggorokanku terbakar. Maka aku persiapkan untuknya air yang dingin hingga ia dapat meminumnya jika ia datang. Aku menata dan merapikan barang-barangku (perabot rumah tangga) dan aku persiapkan hidangan makan untuknya. Kemudian aku berdiri menantinya dengan mengenakan pakaianku yang paling bagus. Ketika ia masuk ke dalam rumah, aku menyambutnya sebagaimana pengantin menyambut kekasihnya yang dicintai, dalam keadaan aku pasrahkan diriku padanya… Jika ia ingin beristirahat maka aku membantunya dan jika ia menginginkan diriku aku pun berada di antara kedua tangannya seperti anak perempuan kecil yang dimainkan oleh ayahnya.”
Wasiat keenam: Baik dalam bergaul dengan keluarga suami dan kerabat-kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat dengannya. Wajib bagimu untuk menampakkan kecintaan kepadanya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu.
Berapa banyak rumah tangga yang masuk padanya pertikaian dan perselisihan disebabkan buruknya sikap istri terhadap ibu suaminya dan tidak adanya perhatian akan haknya. Ingatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya yang bergadang dan memelihara pria yang sekarang menjadi suamimu adalah ibu ini, maka jagalah dia atas kesungguhannya dan hargailah apa yang telah dilakukannya. Semoga Allah menjaga dan memeliharamu. Maka adakah balasan bagi kebaikan selain kebaikan?
Wasiat ketujuh: Menyertai suami dalam perasaannya dan turut merasakan duka cita dan kesedihannya.
Jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka sertailah dia dalam duka cita dan kesedihannya. Aku ingin mengingatkan engkau dengan seorang wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya dan panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati suami. Bahkan ia terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. Suatu hari istri yang lain itu (yakni Aisyah radliallahu ‘anha) berkata:
مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِلنَّبِيِّ؟ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي، لَمَّا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal ia meninggal sebelum beliau menikahiku, mana kala aku mendengar beliau selalu menyebutnya.”11
Dalam riwayat lain:
مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ وَمَا رَأَيْتُهَا وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorangpun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menyebutnya.”12
Suatu kali Aisyah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau menyebut Khadijah:
كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلا خَدِيْجَةُ فَيَقُولُ لَهَا إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ
“Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah?!” Maka beliau berkata kepada Aisyah: ‘Khadijah itu begini dan begini.’”13
Dalam riwayat Ahmad pada Musnadnya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “begini dan begini” (dalam hadits diatas) adalah sabda beliau:
آمَنَتْبِي حِيْنَ كَفَرَ النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْكَذَّبَنِي النَّاسُ رَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْحَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللهُ مِنْهَا الوَلَد
“Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang meng-haramkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezki berupa anak darinya.”14
Dialah Khadijah yang seorangpun tak akan lupa bagaimana ia mengokohkan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberi dorongan kepada beliau. Dan ia menyerahkan semua yang dimilikinya di bawah pengaturan beliau dalam rangka menyampaikan agama Allah kepada seluruh alam.
Seorangpun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama:
وَاللهُ لا يُخْزِيْكَ اللهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung orang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.”15
Jadilah engkau wahai saudari muslimah seperi Khadijah, semoga Allah meridhainya dan meridlai kita semua.
Wasiat kedelapan: Bersyukur (berterima kasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak melupakan keutamaanya.
Siapa yang tidak tahu berterimakasih kepada manusia, ia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah. Maka janganlah meniru wanita yang jika suaminya berbuat kebaikan padanya sepanjang masa (tahun), kemudian ia melihat sedikit kesalahan dari suaminya, ia berkata: “Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu…” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ اَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ يَا رَسُولَ اللهِ وَلَمْ ذَلِكَ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Wahai sekalian wanita bersedekahlah karena aku melihat mayoritas penduduk nereka adalah kalian.” Maka mereka (para wanita) berkata: “Ya Rasulullah kepada demikian?” Beliau menjawab: “Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami.”16
Mengkufuri kebikan suami adalah menentang keutamaan suami dan tidak menunaikan haknya.
Wahai istri yang mulia! Rasa terima kasih pada suami dapat engkau tunjukkan dengan senyuman manis di wajahmu yang menimbulkan kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya kesulitan yang dijumpai dalam pekerjaannya. Atau engkau ungkapkan dengan kata-kata cinta yang memikat yang dapat menyegarkan kembali cintamu dalam hatinya. Atau memaafkan kesalahan dan kekurangannya dalam menunaikan hakmu. Namun di mana bandingan kesalahan itu dengan lautan keutamaan dan kebaikannya padamu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا يَنْظُرُ اللهَ إِلَى امْرَأَةٍ لا تَشْكُرُ زَوْجَهَا وَهِيَ لا تَسْتَغْنِيَ عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada istri yang tidak tahu bersyukur kepada suaminya dan ia tidak merasa cukup darinya.”17
Wasiat kesembilan: Menyimpan rahasia suami dan menutupi kekurangannya (aibnya).
Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat dengannya serta paling tahu kekhususannya (yang paling pribadi dari diri suami). Bila menyebarkan rahasia merupakan sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapa pun maka dari sisi istri lebih besar dan lebih jelek lagi.
Sesungguhnya majelis sebagian wanita tidak luput dari membuka dan menyebarkan aib-aib suami atau sebagian rahasianya. Ini merupakan bahaya besar dan dosa yang besar. Karena itulah ketika salah seorang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebarkan satu rahasia beliau, datang hukuman keras, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersumpah untuk tidak mendekati isti tersebut selama satu bulan penuh.
Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya berkenaan dengan peristiwa tersebut.
وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ
“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari isteri-isterinya suatu peristiwa. Maka tatkala si istri menceritakan peristiwa itu (kepada yang lain), dan Allah memberitahukan hal itu kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepada beliau) dan menyembunyikan sebagian yang lain.” (At Tahriim: 3)
Suatu ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam mengunjungi putranya Ismail, namun beliau tidak mejumpainya. Maka beliau tanyakan kepada istri putranya, wanita itu menjawab: “Dia keluar mencari nafkah untuk kami.” Kemudian Ibrahim bertanya lagi tentang kehidupan dan keadaan mereka. Wanita itu menjawab dengan mengeluh kepada Ibrahim: “Kami adalah manusia, kami dalam kesempitan dan kesulitan.” Ibrahim ‘Alaihis Salam berkata: “Jika datang suamimu, sampaikanlah salamku padanya dan katakanlah kepadanya agar ia mengganti ambang pintunya.” Maka ketika Ismail datang, istrinya menceritakan apa yang terjadi. Mendengar hal itu, Ismail berkata: “Itu ayahku, dan ia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada keluargamu.” Maka Ismail menceraikan istrinya. (Riwayat Bukhari)
Ibrahim ‘Alaihis Salam memandang bahwa wanita yang membuka rahasia suaminya dan mengeluhkan suaminya dengan kesialan, tidak pantas untuk menjadi istri Nabi maka beliau memerintahkan putranya untuk menceraikan istrinya.
Oleh karena itu, wahai saudariku muslimah, simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’i seperti mengadukan perbuatan dhalim kepada Hakim atau Mufti (ahli fatwa) atau orang yang engkau harapkan nasehatnya. Sebagimana yang dilakukan Hindun radliallahu ‘anha di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hindun berkata: “Abu Sufyan adalah pria yang kikir, ia tidak memberiku apa yang mencukupiku dan anak-anakku. Apakah boleh aku mengambil dari hartanya tanpa izinnya?!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ambillah yang mencukupimu dan anakmu dengan cara yang ma`ruf.”
Cukup bagimu wahai saudariku muslimah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّ مِنْ شَرِ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ أَحَدُهُمَا سِرُّ صَاحِبَهُ
“Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan manusia pada hari kiamat di sisi Allah adalah pria yang bersetubuh dengan istrinya dan istri yang bersetubuh dengan suaminya, kemudian salah seorang dari keduanya menyebarkan rahasia pasanannya.”18
Wasiat terakhir: Kecerdasan dan kecerdikan serta berhati-hati dari kesalahan-kesalahan.
- Termasuk kesalahan adalah: Seorang istri menceritakan dan menggambarkan kecantikan sebagian wanita yang dikenalnya kepada suaminya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang yang demikian itu dengan sabdanya:
لا تُبَاشِرُ مَرْأَةُ الْمَرْأَةَ فَتَنْعَتَهَا لِزَوْجِهَا كَأَنَّهُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا
“Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain lalu ia mensifatkan wanita itu kepada suaminya sehingga seakan-akan suaminya melihatnya.”19
Tahukah engkau mengapa hal itu dilarang?!
- Termasuk kesalahan adalah apa yang dilakukan sebagian besar istri ketika suaminya baru kembali dari bekerja. Belum lagi si suami duduk dengan enak, ia sudah mengingatkannya tentang kebutuhan rumah, tagihan, tunggakan-tunggakan dan uang jajan anak-anak. Dan biasanya suami tidak menolak pembicaraan seperti ini, akan tetapi seharusnyalah seorang istri memilih waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
- Termasuk kesalahan adalah memakai pakaian yang paling bagus dan berhias dengan hiasan yang paling bagus ketika keluar rumah. Adapun di hadapan suami, tidak ada kecantikan dan tidak ada perhiasan.
Dan masih banyak lagi kesalahan lain yang menjadi batu sandungan (penghalang) bagi suami untuk menikmati kesenangan dengan istrinya. Istri yang cerdas adalah yang menjauhi semua kesalahan itu.
Footnote:
1Riwayat Muslim dalam Al-Masajid: (bab Fadlul Julus fil Mushallahu ba’dash Shubhi wa Fadlul Masajid)
2Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albany, lihat “Irwaul Ghalil”, no. 1269 dan “Shahihul Jami’” no. 6149
3Lihat kitab “Kaif Taksabina Zaujak?!” oleh Syaikh Ibrahim bin Shaleh Al Mahmud, hal. 13
4Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, ia berkata: Hadits hasan gharib. Berkata Al Albany: “Hadits ini sebagaimana dikatakan oleh Tirmidzi.” Lihat takhrij “Misykatul Masabih” no. 5019
5Al Masyakil Az Zaujiyyah wa Hululuha fi Dlaw`il Kitab wa Sunnah wal Ma’ariful Haditsiyah oleh Muhammad Utsman Al Khasyat, hal. 28-29
6Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan Al Albany, lihat “Shahihul Jami`us Shaghir” no. 5294
7Riwayat Thabrani dan Hakim dalam “Mustadrak”nya, dishahihkan Al Albany hafidhahullah sebagaimana dalam “Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah” no. 288
8Lihat kitab “Al Kabair” oleh Imam Dzahabi hal. 173, cetakan Darun Nadwah Al Jadidah
9Riwayat Ibnu Nuaim dalam “Al Hilyah”. Berkata Syaikh Al Albany: “Hadits ini memiliki penguat yang menaikkannya ke derajat hasan atau shahih.” Lihat “Misykatul Mashabih” no. 3254
10Hadits lemah, diriwayatkan Hakim dan dishahihkannya dan disepakati Dzahabi. Namun Al Albany mengisyaratkan kelemahan hadits ini. Illatnya pada Ibnu Sukhairah dan pembicaraaan tentangnya disebutkan secara panjang lebar pada tempatnya, lihatlah dalam “Silsilah Al Ahadits Ad Dlaifah” no. 1117
11Semuanya dari riwayat Bukhari dalam shahihnya kitab “Manaqibul Anshar”, bab Tazwijun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah wa Fadluha radliallahu ‘anha.
12Semuanya dari riwayat Bukhari dalam shahihnya kitab “Manaqibul Anshar”, bab Tazwijun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah wa Fadluha radliallahu ‘anha.
13Semuanya dari riwayat Bukhari dalam shahihnya kitab “Manaqibul Anshar”, bab Tazwijun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah wa Fadluha radliallahu ‘anha.
14Diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya 6/118 no. 24908. Aku katakan: Al Hafidh Ibnu Hajar membawakan riwayat ini dalam “Fathul Bari”, ia berkata: “Dalam riwayat Ahmad dari hadits Masruq dari Aisyah.” Dan ia menyebutkannya, kemudian mendiamkannya. Di tempat lain (juz 7/138), ia berkata: “Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani.” Kemudian membawakan hadits tersebut. Berkata Syaikh kami Abdullah Al Hakami hafidhahullah: “Mungkin sebab diamnya Al Hafidh rahimahullah karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Mujalid bin Said Al Hamdani. Dalam “At Taqrib” hal. 520, Al Hafidh berkata: “Ia tidak kuat dan berubah hapalannya pada akhir umurnya.” Al Haitsami bersikap tasahul (bermudah-mudah) dalam menghasankan hadits ini, beliau berkata dalam Al Majma’ (9/224): “Diriwayatkan Ahmad dan isnadnya hasan.”
15Muttafaq alaihi, diriwayatkan Bukhari dalam “Kitab Bad’il Wahyi” dan Muslim dalam “Kitabul Iman”
16Diriwayatkan Bukhari dalam “Kitab Al Haidl”, (bab Tarkul Haidl Ash Shaum) dan diriwayatkan Muslim dalam “Kitabul Iman” (bab Nuqshanul Iman binuqshanith Thaat)
17Diriwayatkan Nasa’i dalam “Isyratun Nisa’” dengan isnad yang shahih.
18Diriwayatkan Muslim dalam “An Nikah” (bab Tahrim Ifsya’i Sirril Mar’ah).
19Diriwayatkan Bukhari dalam “An Nikah” (bab Laa Tubasyir Al Mar’atul Mar’ah). Berkata sebagian ulama: “Hikmah dari larangan itu adalah kekhawatiran kagumnya orang yang diceritakan terhadap wanita yang sedang digambarkan, maka hatinya tergantung dengannya (menerawang membayangkannya) sehingga ia jatuh kedalam fitnah. Terkadang yang menceritakan itu adalah istrinya -sebagaimana dalam hadits dia atas- maka bisa jadi hal itu mengantarkan pada perceraiannya. Menceritakan kebagusan wanita lain kepada suami mengandung kerusakan-kerusakan yang tidak terpuji akibatnya.
(Sumber: الأسرة بلا مشاكل karya Mazin bin Abdul Karim Al Farih. Edisi Indonesia: Rumah Tangga Tanpa Problema; bab Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan “Keluarga Bahagia tanpa Problema”, hal. 59-82.

Sunday 11 August 2013

Perhiasan yang dilarang bagi wanita

Tidak kita ragukan, senang dan cinta terha­dap keindahan dan kebersihan merupakan tabiat setiap manusia yang berjiwa sehat. Setiap orang  ingin jika dirinya tampil bersih dan indah.
Terlebih lagi jika niatnya adalah untuk ibadah, tidak berlebihan dan tidak menerjang kehara­man Allah  dalam perhiasan . Bagi kaum wanita ada beberapa jenis perhiasan yang tidak boleh dipakai. Cermati ulasannya berikut ini.
WANITA BERHIAS DALAM PANDANGAN ISLAM
Ketahuilah wahai saudariku wanita mus­limah, Islam tidak mencela jika wanita senang untuk berhias dan perhiasan. Bahkan hal itu merupakan perkara yang dianjurkan dalam agama. Islam menyifati istri yang shalihah de­ngan sifat:
َ
Sebaik­-baik wanita adalah yang menyenangkan­mu jika kamu melihatnya
ini adalah bukti yang sangat gamblang bahwa wanita dianjurkan untuk selalu tampil bersih, indah dan berhias.
Walaupun demikian, Islam tidak membiar­kan begitu saja wanita berhias tanpa aturan dan rambu­-rambu. Akan tetapi, ada patokan dan hukum­-hukum perhiasan yang harus diperha­tikan oleh segenap wanita muslimah. Di antara patokan yang harus diperhatikan adalah tidak boleh memakai perhiasan yang dilarang dalam agama ini.
PERHIASAN YANG TERLARANG BAGI KAUM WANITA
Jenis perhiasan apa saja yang dilarang bagi kaum wanita? Di antaranya:
A. Mengikir gigi
Maksud mengikir gigi adalah menjarang­kan antara gigi seri dan gigi taring. Tujuannya adalah agar tampak lebih muda dan giginya bagus. Perkara ini dilarang karena termasuk mengubah ciptaan Allah  dan mengandung penipuan dan pemalsuan. Rasulullah  bersabda:
ِ“Allah  wanita yang menato dan yang minta ditato, wanita yang mencukur bulu alis dan yang minta dicukurkan, dan wanita yang mengikir giginya untuk kecantikan. Wanita yang mengubah ciptaan Allah.”
Imam an­ Nawawi  mengatakan, “Perbuatan­-perbuatan yang disebutkan dalam hadits ini menunjukkan haramnya perkara tersebut baik orang yang mengerjakan atau orang yang meminta. Karena perbuatan tersebut termasuk mengubah ciptaan Allah  dan men­gandung penipuan dan pemalsuan.”
Akan tetapi, mengikir gigi dibolehkan jika maksudnya adalah pengobatan atau terdapat cacat pada giginya. Dasarnya adalah hadits Arfajah bin As’ad bahwa dia pernah terpotong hidungnya pada hari Kulab. Kemudian dia mengambil hidung buatan dari perak. Ternyata hidungnya malah rusak. Maka Rasulullah menyarankan agar mengambil hidung buatan dari emas.
Menambal gigi dengan emas?
Menambal gigi dengan emas diperbolehkan jika untuk pengobatan, bukan untuk berhias dan kecantikan.
Imam Ibnu Qudamah  mengatakan, “Imam Ahmad berkata, ‘Menambal gigi dengan emas karena khawatir giginya lepas biasa di­lakukan oleh banyak orang. Hal itu diperboleh­kan jika dalam keadaan darurat.’”
B. Perhiasan kuku
1. Memakai kuteks
Kita dapati sebagian wanita muslimah meniru kebiasaan wanita non muslim yang mengecat kuku­kuku mereka dengan kuteks (cat/pewarna kuku). Wanita yang memakai kuteks terkena dua musibah yang tidak bisa dianggap ringan:
Pertama: Menghalangi sampainya air wudhu ke kuku
kedua: Terkadang mereka menampakkannya kepada laki­-laki yang bukan mahram.
2. Menyambung kuku
Maksudnya adalah menyambung kuku de­ngan kuku buatan yang lebih panjang dan lebih bagus daripada kuku aslinya. Tidak ragu lagi, ini adalah kebiasaan wanita kafir yang harus di­jauhi oleh segenap wanita muslimah. Janganlah engkau wahai ukhti muslimah terbius dengan tingkah polah wanita kafir yang hanya mengajakmu ke dalam jalan kesesatan.
Allah  berfirman tentang ucapan Iblis:
ِDan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar­-benar mereka mengubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain  Allah, maka sesungguhnya iamenderita kerugian yang nyata. (QS. an­Nisâ' [4]: 119)
3. Memanjangkan kuku
Memanjangkan kuku menyelisihi sunnah, karena Nabi  bersabda:
ُ“Lima perkara termasuk fitrah: khitan, membersi­hkan bulu rambut di sekitar kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis.”
Lima perkara di atas tidak boleh dibiarkan melebihi 40 hari karena Sahabat Anas  ber­kata, “Rasulullah  memberi waktu kepada kami dalam mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu kem­aluan, tidak boleh dibiarkan melebihi 40 hari.”
Di samping itu, memanjangkan kuku termasuk bentuk tasyabbuh (meniru) kepada binatang dan orang kafir.
Syaikh al­Albani  berkata, “Memakai kuteks dan memanjangkan kuku termasuk ke­biasaan yang jelek, berasal dari para wanita fajir (pendosa) Eropa dan perkara ini telah melanda mayoritas wanita muslimah. Mereka mewarnai kuku dengan warna merah dan memanjangkan­nya. Perbuatan semacam ini dikerjakan pula oleh sebagian pemuda. Sesungguhnya perkara ini termasuk kategori mengubah ciptaan  Allah  yang berimbas laknat terhadap pelaku­nya sebagaimana yang telah engkau ketahui, dan hal ini juga termasuk tasyabbuh kepada wanita­-wanita kafir yang jelas­jelas terlarang sebagaimana dalam hadits­-hadits yang sangat banyak.”
C. Sandal dan sepatu bertumit tinggi
Tidak boleh wanita muslimah memakai san­dal atau sepatu yang bertumit tinggi karena hal ini termasuk bentuk penipuan dan menampak­kan kedua kakinya. Allah  berfirman:
Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang­orang jahiliah yang dahulu. (QS. al­ Ahzâb [33]: 33)
Abdullah bin Mas’ud a berkata, “Dahulu para lelaki dan wanita Bani Israil shalat bersa­ma­-sama. Setiap wanita mempunyai kekasih.
Para wanita memakai kaki palsu agar terlihat lebih tinggi di mata kekasihnya.”
Wanita yang memakai sandal dan sepatu bertumit tinggi terjatuh dalam beberapa pelang­garan:
Pertama: Menyerupai wanita kafir barat.
kedua: Orang yang memakainya telah melaku­kan penipuan.
ketiga: Menampakkan kesombongan, seolah­-olah dia orang yang tinggi.
keempat: Dapat menimbulkan bahaya bagi badan, terutama kaki dan betisnya.
kelima: Menunjukkan kelemahan iman pe­makainya, karena begitu cepatnya dia terima adat orang kafir.
keenam: Orang yang memakainya seakan­akan tidak ridha dengan ciptaan Allah.
D. Tato di anggota badan
Ini merupakan musibah besar yang menimpa kaum muslimin. Tato tidak hanya dimonopoli kaum pria, kaum wanita pun banyak yang mempunyai tato. Ketahuilah wahai saudariku wanita muslimah, memakai tato hukumnya haram, berdasarkan dalil­dalil sebagai berikut:
1. Dari al-Qur'an
Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar­benar mereka mengubahnya. (QS. an­Nisâ' [4]: 119)
2. Dari al-Hadits
Abdullah bin Mas’ud  berkata:
ِ“Allah melaknat wanita yang menato dan yang minta ditato, wanita yang mencukur bulu alis dan yang minta dicukur.”
Tato yang dilarang adalah yang dilakukan atas kehendaknya sendiri, bukan karena sebab pengobatan atau penyakit. Ibnu Abbas  me­ngatakan, “Wanita yang minta ditato bukan karena penyakit.”
Dan wajib bagi yang memakai tato untuk menghilangkannya dengan pengobatan. Jika tidak mungkin menghilangkan tato kecuali de­ngan melukainya maka dilihat terlebih dahulu; apabila khawatir bertambah rusak, atau matinya organ tubuh yang lain atau malah menimbulkan luka baru yang lebih jelek, maka tidak wajib dihilang kan, cukup baginya bertaubat dengan taubat yang sebenar­benarnya. Akan tetapi, jika tidak ada kekhawatiran yang disebutkan di atas, maka wajib bersegera menghilangkan tatonya. Dalam masalah ini, laki­-laki dan wanita hukum­
nya sama.
Allahu A’lam.
Faedah: Tato buatan (imitasi) dengan stempel?
Telah muncul dewasa ini jenis lain dari tato, yaitu mencetak gambar dengan meng­gunakan semacam stempel tanpa melukai kulit atau menggambar sesuatu pada kulit dengan alat pewarna tanpa melukai kulit. Perbuatan semacam ini, jika tidak membahayakan kulit maka hukumnya boleh, tidak mengapa; karena bukan termasuk me ngubah ciptaan Allah.
Hukumnya lebih mirip seperti menggunakan pacar. Namun, syaratnya tidak boleh bagi seorang wanita menampakkannya kecuali ke­pada suaminya saja dan bukan gambar makh­luk bernyawa. Sekalipun demikian, yang lebih berhati­-hati, ia meninggalkan hal itu karena hal tersebut menyerupai wanita yang menato sesungguhnya. Allahu A’lam.
E. Memakai susuk
Dewasa ini banyak orang yang berlomba­-lomba tampil cantik. Di antara salah satu cara un­tuk mempercantik diri adalah dengan memakai susuk. Ketahuilah wahai saudariku wanita mus­limah, orang yang memakai susuk telah terjatuh dalam dosa besar, karena:
1. Umumnya yang memakai susuk menggunak­an amalan sihir, bahkan di antara mereka ada yang sampai mempergunakan jin.
2. Tujuan dari memakai susuk adalah agar tam­pak cantik dan orang lain merasa takjub.
3. Orang yang memakai susuk, biasanya yakin bahwa susuknya dapat memberikan perto­longan kepadanya. Tentu ini adalah praktik kesyirikan yang nyata.
Allahu A’lam.

Saturday 10 August 2013

KISAH WANITA YG SUKA BERJINA INGIN BERTAUBAT

..
ASALAMUALAIKUM.Bismillahirrahmanirrahim... Pada zaman Nabiullah Musa As, datanglah kepada
Beliau seorang wanita untuk bertobat kepada Allah
atas semua kesalahan yang telah dia perbuat selama
ini.Wanita tersebut berkata:” Wahai Nabiullah, saya
jauh-jauh datang kesini hanya untuk bertaubat
kepada Allah, mohonkan Taubatku diterima oleh- Nya”. Nabi Musa AS, berkata:” Gerangan dosa
apakah yang telah engkau perbuat, hingga engkau
ingin bertaubat kepada Allah SWT?”. Wanita tersebut
berkata kembali:” Aku telah berzina dengan
seseorang dan telah melahirkan seorang bayi, karena
rasa malu dan takut diketahui oleh orang lain, maka aku bunuh bayi terserbut”. Demi mendengar itu semua, Nabi Musa sangatlah
marah, lalu Beliau berkata:” Pergilah engkau, jangan
kau bakar aku dengan api neraka yang diakibatkan
oleh perbuatanmu itu!!”. Wanita tersebut menangis
lalu berkata:” Wahai Nabi Allah, tidakkah aku dapat
bertaubat kepada Allah, dan aku berjanji tidak akan mengulangi semuanya itu”. Nabi Musa AS, masih
dalam keadaan marah mengusir wanita tersebut
sambil berkata:” Dosamu terlalu besar dan tidak bisa
dimaafkan”. Lalu pulanglah wanita tersebut sambil menangis.
Tidak lama dari kejadian tersebut, datanglah Malaikat
jibril kepada Nabi Musa AS. Jibril berkata:” Wahai
Musa, Allah telah menengurmu, mengapa engkau
tolak tobatnya wanita tersebut, padahal wanita
tersebut telah benar-benar mengakui kesalahan dan menyesal atas semua kesalahannya itu, dia ingin
kembali ke jalan yang benar, harusnya Engkau
membimbingnya bukannya mengusirnya!!!”. Demi mendengar itu semua, Nabi Musa berkata:”
Dosa wanita tersebut terlalu besar wahai Jibril, dan
Aku tidak yakin Allah akan mengampuni dosa
tersebut”. Jibril berkata:” Allah maha pengampun
lagi maha mendengar taubat dari Hamba-Nya yang
benar-benar ingin bertaubat, Bahkan dosa yang lebih besar dari itupun Allah pasti akan mengampuninya”. Berkata Nabi Musa AS:” Dosa apakah yang lebih
besar daripada dosa wanita yang telah berzina dan
membunuh anak dari hasil perzinahan tersebut, Ya
Jibril???”. Jibril menjawab:” Seseorang yang
meninggalkan Sholat dengan sengaja”. Mendengar
itu semua Nabi Musa menangis dan dia menyesal atas kekeliruan yang telah Beliau lakukan kepada wanita
yang benar-benar ingin bertaubat. RENUNGAN 1. Allah SWT adalah dzat yang Maha pengampun
kepada Hamba-Nya yang benar-benar ingin
bertaubat. Tidak ada manusia yang tidak punya dosa, karena
manusia selalu dihinggapi dosa. Dan manusia yang
baik bukanlah manusia yang tanpa dosa, tetapi
manusia yang apabila dia melakukan dosa, dia
menyadari kesalahan dan bertaubat kepada Allah. Oleh karena itu sebelum terlambat, marilah kita
memohon ampun kepada Allah, sering-seringlah
ber”istighfar”. Mudah-mudahan semua dosa kita
bisa diampuni oleh Allah SWT. Aamiin. 2. Meninggalkan Sholat dengan sengaja adalah
sebuah dosa yang amat besar, melebihi dosa seorang
penzinah dan pembunuh. Oleh karena itu janganlah kita dalam hidup ini
meninggalkan sholat yang 5 waktu. Sesibuk apapun
kita, kita harus tetap menjalankan sholat karena
itulah jalan kita untuk mengingat Allah, dan itu adalah
kewajiban kita sebagai umat Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda: Amal yang pertama
di hisab Allah adalah sholatnya seorang hamba.
Apabila baik sholatnya, maka baik pula amal yang
lainnya. Dan apabila buruk Sholatnya, maka buruk
pula amal yang lainnya. Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak
manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan
adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebeneran
itu mutlak milik Allah SWT.

Tuesday 6 August 2013

7 Pintu Rejeki

salah satu ujian yang dirasakan berat oleh manusia adalah ujian berupa kekurangan harta. banyak manusia gagal menghadapi ujian ini sehingga mereka terjerumus ke jurang kenistaan dengan melakukan perbuatan tercela. ada juga yang mengeluh seolah dunia menjadi sempit ketika Allah membatasi rejekinya. mereka seolah lupa bahwa Allah yang Maha Memberi Rejeki selalu melimpahkan rejeki yang tidak terbatas pada hambaNya. Allah berfirman "dan tidaklah yang melata di muka bumi ini melainkan Allah-lah yang memberi rejekinya" (Qur'an Surah Hud:6)

lalu apa yang harus dilakukan ketika Allah menguji dengan membatasi rejeki ? berikut ini tujuh langkah yang Insya Allah bisa menjadi pintu rejeki.

‎1. Berusaha dan Bekerja.
sudah merupakan sunnatullah seseorang yang ingin mendapatkan limpahan rejeki dari Allah harus berusaha dan bekerja. Allah telah berfirman "kalau telah ditunaikan sholat jum'at maka bertebaranlah di muka bumi dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kalian bahagia" (Qur'an Surah Jumu'ah:10)

2. Takwa.
Allah mencintai manusia bertakwa. tidak akan pernah ada kesulitan bagi manusia bertakwa karena Allah akan selalu menjadi pelindung dan penolongnya. Allah berfirman "dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan mengadakan jalan keluar baginya. dan memberikan rejeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangkanya" (Qur'an Surah Ath Thala:2)

‎3. Tawakal.
Allah berfirman "dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi [keperluan] nya" (Qur'an Surah Ath Thalaq:3). Imam Al Qurthubi dalam Al Jami' Akhamul Qur'an mengatakan "barangsiapa menyerahkan urusannya kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi apa yang dia inginkan"

‎4. Syukur.
rasa syukur adalah jalan lain yang Allah berikan kepada kaum beriman dalam menghadapi kesulitan rejeki. Allah berfirman "kalau seandainya kalian bersyukur, sungguh Kami akan menambah untuk kalian [nikmatKu] dan jika kalian mengingkarinya, sesungguhnya adzabKu sangat keras" (Qur'an Surah Ibrahim:7).
adapun hakikat syukur adalah mengakui nikmat tersebut dari Dzat yang Maha Memberi Nikmat dan tidak mempergunakannya untuk selain ketaatan kepadaNya. begitu Al Imam Qurthubi menafsirkan ayat diatas.

‎5. Sering Berinfaq.
Allah yang Maha Memberi Rejeki berfirman "dan apa-apa yang kalian infaqkan dari sebagian harta kalian, maka Allah akan menggantinya" (Qur'an Surah Saba:39)

‎6. Silahturahmi.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda "barangsiapa yang berkeinginan untuk dibentangkan rezeki baginya  dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silahturahmi" (Muttafaq Alaihi / Riwayat Bukhari dan Muslim)

‎7. Doa.
dengan berdoa seorang muslim Insya ALLAH akan mendapatkan apa yang dia inginkan.Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menuntun kita agar berdoa ketika kita menghadapi kesulitan rejeki, "ya Allah aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rejeki yang baik, dan amalan yang diterima" (Riwayat Ibnu Majah)





Monday 5 August 2013

‪#‎jangan‬ jual aqidahmu#

‪#‎jangan‬ jual aqidahmu#

Hati-hati yang kerja di mall...

Sekarang ini dengan dalih "toleransi" beragama, maka pihak tertentu mewajibkan pekerjanya untuk memakai atribut2 natal. Seperti topi santa klaus, atau memerintahkan pekerjanya untuk menghiasi ruangan agar bertemakan "natal"

Akhii ini bukan sekedar "memakai topi", bukan sekedar "merias ruangan" tapi ini adalah permasalahan aqidah. Dimana engkau telah bahu membahu dan ikut menyemarakkan hari besar orang kaafir!

Tidakkah engkau tahu bahwa haram bagi kaum muslimin untuk turut serta dalam hari besar orang-orang kaafir?!

Tidakkah engkau tahu jika sampai engkau ridha dengan kekafiran mereka, maka ini adalah keyakinan kufur?

Kalau misalkan hatimu mengingkari kekafiran mereka, tapi engkau tolong menolong menyemarakkan acaranya, maka ini dosa besar!!!

Ini bukanlah "perbuatan baik" sebagaimana sangkaan PERASAAN atau LOGIKAMU.. Ini adalah seburuk-burukmya perbuatan...

Jika engkau "merasa nggak enakan" kepada bossmu... Sekarang begini, lebih tinggi mana? Allah atau bossmu? Apakah bossmu lebih engkau tinggikan daripada Allah? Sehingga engkau lebih takut dan lebih mematuhinya dalam rangka memaksiati Allah?!
Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah! Takutlah hanya kepada Allah. Dan janganlah tolong menolong diatas perbuatan dosa! Jangan jual aqidahmu hanya karena uang yang sedikit, apalagi hanya karena "nggak enakan"!

Wanita Penebar Dosa

Wanita Penebar Dosa

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Dr. Ibrahim Ar-Ruhaili dalam bukunya Tajrid Al-Ittiba’ (hlm. 146 – 154) menyebutkan bahwa ditinjau dari manfaatnya, amal yang dilakukan oleh hamba terbagi menjadi dua,
Pertama, amal yang manfaatnya hanya bisa dirasakan oleh orang yang melakukannya saja, dan tidak memberikan pengaruh kebaikan kepada orang lain. Itulah semua ibadah yang dilakukan oleh seseorang, yang tidak ada hubungan dengan orang lain. Seperti shalat, dzikir, membaca Alquran, dst. Kita istilahkan amal semacam ini dengan amal qashir.
Kedua, amal yang manfaatnya bisa dirasakan oleh makhluk yang berada di sekitarnya, memberikan pengaruh kebaikan kepada masyarakat lainnya. Seperti membayar zakat, berdakwah, mengajarkan kebaikan, dan semua amal yang manfaatnya bisa dirasakan orang lain. Kita istilahkan amal ini dengan amal muta’adi.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ’alamin, memotivasi umatnya untuk menjadi hamba yang memberikan banyak manfaat bagi yang lainnya. Hamba yang menjadi sumber kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Karena, dengan itu, dia bisa menjadi hamba yang terbaik. Allah berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)
Ibnu Katsir menukil pendapat beberapa ahli tafsir: Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Atha’, Rabi’ bin Anas bahwa para sahabat, Allah sebut sebagai umat terbaik karena mereka adalah orang-orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Disebabkan kriteria yang Allah sebutkan dalam lanjutan ayat: ‘menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar’, sehingga mereka menjadi sumber kebaikan bagi yang lain.
Karena jasa besar mereka, menyebarkan kebaikan dan menjadi sumber kebaikan, Allah memberikan jaminan kepada orang ini, dia akan mendapatkan kucuran pahala dari setiap orang yang mengikutinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengikutinya, tidak akan dikurangi sedikitpun dari pahala mereka…” (HR. Muslim 2674, Abu Daud 4609 dan yang lainnya).
Semakin banyak yang mengikuti ajakan kebaikan yang dia sampaikan, semakin besar peluang baginya untuk mendapatkan pahala.

Wanita Penebar Dosa

Di saat yang sama, Islam melarang keras kaum muslimin untuk menjadi manusia yang paling merugikan bagi masyarakatnya. Manusia yang menjadi sumber keburukan dan sumber dosa bagi lingkungannya. Manusia yang menjadi sebab orang lain berbuat maksiat. Jika sahabat disebut manusia terbaik karena menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, maka manusia paling buruk adalah manusia yang menyuruh kepada kemungkaran, dan pada saat yang sama mencegah dari perbuatan ma’ruf. Itulah manusia yang tidak bisa diharapkan kebaikannya, dan kita tidak bisa merasa aman dari keburukannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang bisa diharapkan kebaikannya (untuk orang lain) dan terjamin aman dari keburukannya (terhadap orang lain). Sejelek-jelek kalian, orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan tidak ada jaminan aman dari keburukannya.” (HR. Turmudzi 2263 dan dishahihkan Al-Albani)
Salah satunya, para wanita penebar dosa. Para wanita yang menjadi sebab banyak lelaki melakukan zina mata… para wanita yang mengobral harga diri dan kehormatannya. Para wanita yang mengumbar aurat di depan umum, tanpa rasa malu.
Indonesia nampaknya akan bernasib sebagaimana Pattaya Thailan, atau seperti kawasan pantai Bali. Kawasan berhias zina dan pelacuran. Indonesia, di setiap lorong jalan, aurat berceceran di mana-mana. Berjejal para wanita yang berlomba-lomba untuk menampakkan auratnya. Berlomba mencari lirikan setiap lelaki di sekitarnya. Ke manapun seorang lelaki soleh menghadap, dia tidak bisa lepas dari aurat dan aurat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا العَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ المَنْطِقُ، والقلب تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ
“Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: Zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari 6243 dan Muslim 2657).
Itulah wanita penebar dosa… para wanita yang menjadi sumber maksiat. Wanita yang menjadi pembantu iblis untuk menjerumuskan manusia ke neraka. Karena jasa besar para wanita penjajah aurat ini, Iblis layak berterima kasih kepada mereka.

Dosa Bertumpuk

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ من الناس ناساً مفاتيح للخير مغاليق للشر، وإنَّ من الناس ناساً مفاتيح للشر مغاليق للخير، فطوبى لمن جعل الله مفاتيح الخير على يديه، وويل لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه
“Sesungguhnya diantara manusia ada orang yang menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan. Sebaliknya ada diantara manusia yang menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan. Karena itu, sungguh beruntung orang yang Allah jadikan sebagai kunci pintu kebaikan ada di tangannya, dan celaka bagi orang yang Allah jadikan kunci pintu kejahatan ada di tangannya.” (HR. Ibn Majah dan dihasankan Al-Albani).
Siapapun yang menjadi sebab keburukan, sebab orang lain bermaksiat, maka dia akan menanggung setiap orang yang berdosa karena sebabnya. Semakin banyak para lelaki yang melihat auratnya, semakin besar dosa yang dia dapatkan.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تُقتَل نفس ظلمًا، إلا كان على ابن آدم الأول كِفْلٌ من دمها، لأنه كان أول من سن القتل
“Tidak ada satupun jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak Adam yang pertama menanggung darahnya. Karena dialah orang yang pertama kali mengajarkan praktek pembunuhan.” (HR. Muslim 1677).

Ancaman yang Mengerikan

Mengingat betapa besar kesalahan orang ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman yang sangat keras bagi wanita pengumbar aurat. Beliau menyebutnya wanita yang berpakaian tapi telanjang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua jenis penghuni neraka yang belum pernah aku lihat. (1) Sekelompok orang yang membawa cambuk seperti ekor sapi, dan dia gunakan untuk memukuli banyak orang. (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, jalan berlenggak-lenggok, kepalanya seperti punuk onta, mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan harumnya surga, padahal bau harum surga bisa dicium sejarak perjalanan yang sangat jauh.” (HR. Ahmad 8665 dan Muslim 2128).
Wanita berpakaian tapi telanjang, merekalah wanita yang mengumbar aurat, berpakaian tipis transparan, atau ketat membentuk lekuk tubuh. Segeralah bertaubat kepada Allah, dan jangan menjadi sumber dosa bagi lingkungan Anda.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua..

Mengenal Sejarah Nabi

Rasulullah sebagai sosok teladan yang baik merupakan pribadi yang harus kita ketahui perjalanan hidupnya sejak beliau lahir sampai wafat. Mengetahui sejarah beliau merupakan satu kewajiban yang dibebankan kepada umat ini karena beliau adalah perantara dan penafsir Alquran secara perkataan dan perbuatan, sehingga tidaklah mungkin kita dapat memahami ajaran agama kita tanpa mengetahui sejarah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.

Oleh karena itu, kaum muslimin sejak masa-masa pertama perkembangan Islam telah sibuk mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمdengan merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada beliau dan pada masa-masa beliau hidup serta bersungguh-sungguh menukil hal-hal tersebut dengan penukilan yang teliti dan akurat baik dalam buku-buku hadits dan siroh, atau buku-buku sejarah umum.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa sejarah (siroh) Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan bidang yang sangat penting yang digeluti kaum muslimin dahulu dan sekarang, dan dengan izin Allah U senantiasa menjadi tempat perhatian kaum muslimin karena siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan aplikasi kongkrit dari syariat Ilahi dan penjelas hukum-hukumnya. Dan dari sini muncullah perhatian yang sangat besar dari kalangan ulama Islam untuk mempelajari, meneliti, dan menulis buku-buku dan referensi sejarah beliau صلى ا لله عليه وسلمdengan macam ragam metode penulisan dan penelitian yang mereka pakai sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.

A.   Pengertian Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم


Untuk meluruskan persepsi tentang siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم diperlukan satu pengertian yang benar terhadap siroh tersebut. Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم yang dimaksud di sini adalah kumpulan berita-berita yang diriwayatkan atau dikisahkan berisi peri kehidupan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم yang meliputi nasab, kandungan beliau di perut ibunya, kelahirannya dan keadaan kehidupan yang menyertainya, pemeliharaannya, masa kecilnya, masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan beliau sebagai Nabi, turunnya wahyu kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah di Makkah dan setelah hijrohnya ke Madinah, pembentukan negara di Madinah dan pembelaan beliau terhadap negara tersebut, jihad beliau melawan musuh-musuh agama di dalam negara dan di luarnya, pengiriman duta, utusan-utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau صلى ا لله عليه وسلم, perang-perang penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh Arab dan di luarnya, sakit dan kematian beliau dan pengaruhnya terhadap para sahabat sampai perawatan jenazah beliau [1]

B.   Target dan Faedah Mempelajari Siroh Nabi


Di antara target dan faedah mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah:

1.    Mendapatkan dan menemukan aplikasi kongkrit (pengejawantahan) dari hukum-hukum Islam yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi dalam ragam bidang kehidupan.

2.    Mencontoh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمmenuntut seorang untuk mengetahui sifat-sifat dan keadaan kehidupan beliau dalam segala bidang kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh.sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. 33:21)
3.    Mencontoh dan mengikuti Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan tanda kecintaan seseorang terhadap Allah سبحانه وتعالى dan yang melakukannya akan mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya,  sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:
 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُ



 “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. 3:31)

4.    Mendapatkan dan menemui dalil-dalil mukjizat yang dapat menguatkan dan menambah iman.

5.    Menguatkan azzam kaum mukminin yang mengikuti jalannya Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم dan memantapkan mereka dalam membela agama dan kebenaran serta memberikan ketenangan dalam hati mereka dengan mengenal apa yang terdapat dan terkandung dari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم berupa sikap-sikap keimanan dan kekuatan aqidah beliau dalam menghadapi cobaan dan musuh-musuhnya

6.    Dalam siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم terdapat pelajaran dan nasehat serta hikmah-hikmah yang bisa diambil oleh semua muslim baik penguasa atau rakyat untuk membentuk manusia yang baik.

7.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan gambaran contoh yang tinggi yang dimiliki seorang manusia yang sempurna dari segala sisi.

8.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم berisikan pelajaran-pelajaran yang banyak bagi segala lapisan masyarakat manusia dan meringankan mereka dalam menghadapi segala cobaan dan ujian hidup yang mereka hadapi terlebih lagi para dai.

9.    Membantu memahami Alquran dan sunnah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم

10.   Mendapatkan banyak pengetahuan yang benar tentang bermacam-macam ilmu-ilmu keislaman berupa aqidah, syariat, akhlaq, tafsir, hadits, politik, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dan yang lain-lainnya.
11.   Mengenal perkembangan dan pertumbuhan dakwah Islam dan apa yang terjadi pada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمdan sahabat-sahabatnya dalam menegakkan kalimat Allah serta apa yang dihadapi para sahabat dari kesulitan-kesulitan dan bagaimana mereka bersikap serta solusi pemecahannya
12.   Mengenal sebab turunnya ayat-ayat Alquran dan korelasi ucapan-ucapan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.

13.   Mengenal naskh dan mansukh dalam Alquran dan hadits

14.   Mengenal dengan baik mukjizat-mukjizat yang Allah karuniakan kepada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم

15.   Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم



C.   Keistimewaan Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم


Siroh Rasulullah merupakan siroh (sejarah) yang memiliki banyak keistimewaan sehingga terasa nikmat untuk dipelajari dan ditelaah dibandingkan dengan siroh-siroh yang lainnya, sebagaimana juga ia merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang ulama syariat dan dai Islam dan orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perbaikan umat manusia karena dengan mencontoh gaya dan cara dakwah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم akan menjadikan dakwah mereka benar dan berhasil.

Di antara keistimewaan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah sebagai berikut:

1.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan siroh yang paling absah dan otentik yang menceritakan sejarah para nabi dan rasul, atau tokoh-tokoh pembaharuan umat manusia, karena siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم sampai kepada kita melalu jalan penyampaian yang paling benar dan paling kuat sehingga membuat kemudahan-kemudahan dalam mengenal kejadian-kejadian bersejarah yang ada di dunia ini.

Dan keistimewaan ini tidak terdapat pada siroh selain beliau صلى ا لله عليه وسلم Kita lihat siroh Nabi Musa As telah tercampur antara kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada beliau dengan hal-hal yang dimasukkan oleh orang Yahudi dari penyimpangan dan kesesatan, sehingga kita tidak bisa menjadikan Taurot sebagai sumber pengambilan siroh beliau u yang akurat dan benar. Demikian juga siroh Nabi Isa As karena beredarnya injil-injil yang banyak yang tidak sama isi kitab yang satu dengan yang lainnya, sehingga kita tidak bisa mengambil siroh beliau dengan terjamin keotentikannya.

2.    Kehidupan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah kehidupan yang sangat jelas dalam setiap marhalah-nya (tingkatan), sejak menikah orang tua beliau sampai wafatnya beliau صلى ا لله عليه وسلم, sehingga dapat diketahui kelahirannya, masa kecil dan remajanya, kehidupannya sebelum kenabian dan setelah kenabian sampai wafatnya beliau صلى ا لله عليه وسلم, sehingga berkata seorang pengkritik barat (orientalis) :”sesungguhnya Muhammad  adalah satu-satunya orang yang dilahirkan (jelas seperti) terangnya sinar matahari”.

3.    Sesungguhnya siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم menceritakan siroh seorang manusia yang dimuliakan Allah sebagai Rasul dengan tidak mengeluarkannya dari sifat kemanusiaannya dan tidak ada padanya dongeng-dongeng yang tidak benar.

4.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم menyeluruh kepada seluruh sisi-sisi kehidupan beliau, karena dia mengisahkan kepada kita sejarah kehidupan beliau r dimasa muda sebelum menjadi Nabi dan juga menceritakan kepada kita tentang beliau sebagai seorang pembawa bendera dakwah yang memiliki gaya dan cara yang efektif dan akurat dalam menyampaikan isi dakwahnya, sebagaimana juga mengisahkan beliau sebagai seorang pemimpin negara dan sebagai pemimpin rumah tangga dan pendidik serta politikus sejati.

Ringkasnya siroh Rasulullah meliputi seluruh sisi kehidupan sosial kemanusiaan dalam suatu tatanan kemasyarakatan yang menjadikan beliau sebagai tauladan yang baik bagi da’i, panglima, bapak, suami, teman, pendidik, politikus, pemimpin negara dan yang lain-lainnya.

5.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم memberikan kepada kita tanda kebenaran risalahnya dan kenabiannya.[2]
D.  Sumber Pengambilan Siroh Rasulullah [3]

Sesungguhnya siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم secara hakikatnya- adalah ibarat dari risalah yang beliau bawa kepada masyarakat manusia, oleh karena itu sudah selayaknya untuk ditayangkan dalam bentuk yang benar, akurat dan terperinci, sehingga bisa bermanfaat bagi kaum muslimin seluruhnya, maka untuk mencapai hal itu perlu kita menengok kembali kepada sumber-sumber pengambilan siroh tersebut.

Adapun sumber-sumber pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم yang menjadi sumber rujukan para ulama dalam menjelaskan siroh tersebut dapat diglobalkan menjadi 8 sumber, yaitu:

1.   Alquran


Sesungguhnya dalam Alquran terkandung banyak kejadian dari siroh Nabi, baik ketika pada masa Makkah atau Madinah. Demikianlah Alquran telah mengisahkan kepada kita keadaan beliau di masa kecilnya ketika dalam keadaan yatim dan faqir sebagaimana yang ada di dalam firman Allah سبحانه وتعالى:

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَئَاوَى وَوَجَدَكَ ضَآلاًّ فَهَدَى وَوَجَدَكَ عَآئِلاً فَأَغْنَى

 Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kecukupan?” (QS. Al Dhuha 93:6-8)

Dan menceritakan pula kisah turunnya wahyu di Gua Hiro’ dalam firman-Nya:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ

 “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaaq 96:1-5)

Dan tentang mukjizat isra’ dan mi’roj dalan firman-Nya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَآ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

 “Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Isra 17:1)

Dan tentang hijroh beliau صلى ا لله عليه وسلم bersama Abu Bakar dalam firman-Nya:

إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْأَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْهُمَا فِي الْغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَتَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

 “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, pada waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. At Taubah 9:40)

Serta menceritakan pula kisah perang Ahzab dalam firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ جُنُودُُ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا إِذْ جَآءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ اْلأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللهِ الظُّنُونَا هُنَالِكَ ابْتُلِىَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ مَّاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّغُرُورًا وَإِذْ قَالَت طَّآئِفَةٌ مِّنْهُمْ يَآأَهْلَ يَثْرِبَ لاَمُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَئْذِنُ فَرِيقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَاهِيَ بِعَوْرَةٍ إِن يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَارًا وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِم مِّنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لأَتَوْهَا وَمَاتَلَبَّثُوا بِهَآ إِلاَّ يَسِيرًا وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللهَ مِن قَبْلُ لاَيُوَلُّونَ اْلأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللهِ مَسْئُولاً قُل لَّن يَنفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لاَّتُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلاً قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلاَيَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللهِ وَلِيًّا وَلاَنَصِيرًا قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنكُمْ وَالْقَآئِلِينَ لإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلاَيَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلاَّ قَلِيلاً أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَآءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُوْلَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرًا يَحْسَبُونَ اْلأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِن يَأْتِ اْلأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُم بَادُونَ فِي اْلأَعْرَابِ يَسْئَلُونَ عَنْ أَنبَآئِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُم مَّا قَاتَلُوا إِلاَّ قَلِيلاً لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا وَلَمَّا رَءَا الْمُؤْمِنُونَ اْلأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَمَازَادَهُمْ إِلآ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

 “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.’ Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, ‘Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.’ Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, ‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).’ Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat. Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, ‘Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur).’ Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya. Katakanlah, ‘Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.’ Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.’ Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya:”Marilah kepada kami”.Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya.Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:”Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”. (QS. Al Ahzaab 33:9-22) dan :

وَأَنزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُم مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِن صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَّمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرًا

 “Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka.Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak.Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (QS. Al Ahzaab 33:26-27)

dan kisah-kisah lainnya yang cukup banyak.

Akan tetapi untuk dapat mengambil faidah yang sempurna dari Alquran harus melihat kembali kepada buku-buku tafsir yang terpercaya seperti Tafsir bil ma’tsur yaitu Tafsir yang membawakan hadits-hadits yang bersanad periwayatan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran seperti Tafsir ath Thobary dan Tafsir Ibnu Katsir dan buku-buku yang menjelaskan Naasikh dan Mansukh serta buku-buku yang menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Alquran dengan selalu melihat bahwa hadits-hadits tersebut tidak diterima begitu saja akan tetapi harus dilihat ke absahannya



2    Buku-buku Hadits (hadits -hadits Nabi)


Adapun arti pentingnya buku-buku hadits dalam pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم kembali kepada apa yang terkandung dalam buku-buku tersebut dari kumpulan ucapan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat beliau صلى ا لله عليه وسلم baik fisik ataupun akhlaq, karena hadits-hadits tersebut menceritakan kehidupan beliau sehari-hari sehingga memiliki hubungan yang erat sekali dalam pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم. Dan tidak diragukan lagi bahwa madah (isi materi) siroh dalam buku-buku hadits adalah akurat dan wajib di jadikan sandaran dalam pengambilan siroh صلى ا لله عليه وسلم dan di dahulukan dari riwayat-riwayat yang ada dibuku-buku sejarah dan yang lainnya

Diantara buku-buku hadits yang penting dan banyak menceritakan kejadian-kejadian sejarah siroh adalah Shohih Bukhory, Shohih Muslim, Jami’ At Tirmidzy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan An Nasa’i, Sunan Ibnu Majah dan Mushanaf Ibnu Ab Syaibah serta yang lain-lainnya.

Misalnya imam Bukhori telah memberikan perhatian yang besar dalam hal ini sehingga membuat beberaapa kitab dan bab yang khusus menjelaskan sejarah Nabi sebelum dan sesudah diutusnya beliau sebagai Nabi dan Rasul, peperangan dan navigasi militernya, delegasi dan surat-menyurat beliau , keutamaan shohabat dan istri-istri beliau. Demikian juga imam Muslim dalam shohih muslim seperti kitab al jihad was siar, Fadhooil Nabi, Fadhoil shohabat, Imaroh dan banyak tersebar riwayat-riwayat siroh yang beliau sampaikan dalam kitab tersebut.



3.   Buku-buku Syamaail


Buku-buku Syamaail adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan sifat-sifat Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم . Buku-buku ini sangat penting dalam melengkapi siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم sehingga sebagian ulama menulis buku-buku ini terpisah dari buku-buku hadits. Padahal kalau dilihat kembali, sebenarnya sebagian besar hadits-hadits yang berhubungan dengan hal itu ada dalam buku-buku hadits. Diantara ulama-ulama tersebut adalah Imam At Tirmidzy dalam kitabnya Syamaail Muhammadiyah,yang telah diringkas oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albany. Demikian pula Imam Al Baghowy dalam kitab Al Anwaar fi Syamaail An Nabi Al Mukhtar dan Ibnu Katsier dalam buku Syamaail Al Rasul serta Syeikh Muhammad Jamil Jainu dalam buku Quthb Min Al Syamaail Muhammadiyah Wa AL Akhlaq Al Nabawiyah Wa Al Adab Al Islamiyah yang telah diterjemahkan dengan judul Pribadi dan Akhlak Rasul.

Akan tetapi dalam kitab-kitab ini belum seluruhnya berisi hadits-hadits shohih, sehingga sehingga mengharuskan kita untuk memilah-milahnya kembali. Namun Para ulamapun tidak berdiam diri dalam hal ini, mereka mulai memilah-milahnya sehingga memudahkan kita untuk membacanya, diantara ulama yang telah melakukan hal itu adalah Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albanie dalam ringkasan beliau diatas dan Syeikh Muhammad Jamil Jainu dalam buku beliau tersebut.



4.   Buku-buku Dalaail An Nubuwah


Buku-buku ini adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan bukti kebenaran kenabian dan mu’jizat-mu’jizat yang terjadi padanya.

Diantara buku-buku ini adalah kitab Dalaail An Nubuwah karangan Abu Nu’aim Al Ashbahany dan Dalaail An Nubuwah karangan Al Baihaqy.demikian juga Imam Syuyuthy menulis kitab Al Khoshooishul Kubro . akan tetapi kitab-kitab ini pun membutuhkan satu perhatian yang sangat serius agar lebih dapat di manfaatkan.



5.   Buku-buku Maghozy dan siroh


Buku-buku Maghozy ini menampilkan kejadian-kejadian siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم peperangan beliau,pengiriman saraya (pasukan perang yang tidak dipimpin langsung oleh beliau/ Navigasi militer) dan marhalah (tingkatan) dakwah beliau  صلى ا لله عليه وسلمdan buku-buku ini merupakan referensi (rujukan) yang sangat penting dalam mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم

Demikian juga buku-buku siroh yang khusus menjelaskan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم telah dikarang oleh para ulama sejak abad pertama hijriyah, dan diantara ulama-ulama pertama yang terkenal memiliki perhatian khusus dalam penulisan siroh secara umum adalah: Abdullah bin Abbas (Wafat tahun 78 H), Sa’id bin Sa’ad bin Ubadah, Sahl bin Abi Hatsmah (wafat di zaman Muawiyah), Urwah bin Zubair (wafat tahun 92 atau 94 H), Said bin Musayyib (wafat tahun 94 H), Aban bin Utsman bin Affan (wafat tahun 87 atau 105 H) dan Abu Fadhoolah Abdullah bin Kaab bin Maalik Al Anshory (wafat tahun 97 H).dan dalam abad kedua Hijriyah:  Al Qashim bin Muhammad bin Abi Bakr As Shiddiq (wafat tahun 107H), Wahab bin Munabbih (wafat tahun 114 H), Syarahbiil bin Said (wafat Tahun 123 H), Abu Ruh Yazid bin Rumaan Al Asady (wafat tahun 130 H), Abul Aswad Muhammad bin Abdur-Rahman bin Naufal Al Asady (Wafat tahun  131 H), Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm (wafat antara tahun 130 – 135 H), Musa bin Uqbah (wafat tahun 141 H), Muhammad bin Ishaaq Al Muthaliby (wafat tahun 151 H), Yunus bin Yazid Al Aily (wafat tahun 152 H), Ma’mar bin Rasyid Al Bashry(wafat tahun 154 H), Abu Ma’syar As Sindy (wafat setelah tahun 170 H), Abu Ishaaq Al Fazaary (wafat tahun 187 H) dan Al Walid bin Muslim Ad Dimasyqy (wafat tahun 195 H). Sedangkan dalam abad ketiga hijriyah muncul ulama-ulama siroh seperti : Muhammad bin Umar Al Waqidy (wafat tahun 207 H), Abdur-Razaq bin Hammaam As Shon’any (wafat tahun 211 H), Sa’id bin Al Mughiroh bin As Shoyaad Al Mushishy (wafat tahun 220 H), Ahmad bin Muhammad Al Warroq (wafat tahun 227 H), Muhammad bin Saad bin Manii’ Az Zuhry (wafat tahun 230 H), Muhammad bin Aidz Al Qurasyi (wafat tahun 224 H), Sulaiman bin Thorkhaan At Taimy (wafat tahun 245 H), Hisyam bin Ammar (wafat tahun 245 H), Said bin Yahya Al Umawy (wafat tahun 249 H),dan Umar bin Syabah bin Ubaid (wafat tahun 262 H).

Sebagian ulama sejarah telah mengklasifikasikan para ulama penulis siroh menjadi beberapa kelompok tingkatan,yaitu pertama, kedua, dan ketiga dengan tokoh-tokoh yang termasyhur dari mereka.

Kelompok tingkatan yang pertama dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abaan, Urwah, Syarahbiil dan Ibnu Munabbih dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan Prof.Dr. Muhammad Mushthofa Al A’dzomy mengumpulkan riwayat-riwayat Urwah dalam siroh dengan melalui riwayat Abil Aswad darinya dan dicetak dengan judul Maghozi Rasululloh صلى ا لله عليه وسلم li Urwah bin Az Zubair –bi riwayat Abil Aswad yatiim urwah

Kelompok tingkatan yang kedua dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abdullah bin Abi Bakar, ashim, dan Az Zuhry dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan sebagian penulis dan peneliti siroh Nabi pada masa kini mulai mengumpulkan riwayat-riwayat tersebut dalam satu buku, seperti Dr. Suhail zikaar mengumpulkan riwayat-riwayat Az Zuhry dari buku-buku yang ada dan memberi judul Al Maghozy An Nabawiyah

Kelompok tingkatan yang ketiga dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Ibnu Uqbah, Ibnu Raasyid, Ibnu Ishaaq, Al Fazaary, Al waalid, Al Waaqidy, Abdurrozaaq, Al Mushishy, Ibnu Saad, Al Waraq, Ibnu Aidz, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Thorkhon, Ibnu Ammaar, dan Al Umawy dan telah sampai kepada kita beberap juz dari kebanyakan buku-buku mereka,seperti sebagian juz dari maghozy Ibnu Uqbah dan itu berupa satu bagian yang ditemukan Edward S. dan diterbitkan dengan terjemahan bahasa jerman pada tahun 1904 M, beberapa juz dari siroh Ibnu Ishaaq dan yang terpenting adaalah bagian yang terkenal dengan siroh Ibnu Hisyaam kemudian juz yang diberi nama As Siyar wal Maghozy yang diterbitkan dengan tahqiq Dr.Muhammad Hamidullah Al Haidaraabady dan yang lain ditahqiq oleh Dr. Suhai Zikaar, sirotur Rasul r karangan Al fazaary yang ditemukan dua juz dari kitab tersebut di Universitas Al Qorawiin di Maroko yang akan ditahqiq oleh Dr. Faruuq Hammadah, Maghozy Al Waqidy yang dicetak tiga jilid dengan tahqiq M.John, dan juga sampai kepada kita kitab siroh karya Abdurrazaaq yang digabung dengan kitab beliau Al Mushannaf dan itu telah dicetak dan tersebar serta kitab Ath Thobaqaat Al Kubro karya Ibnu Saad yang dicetak dalam tujuh jilid ,pada jilid pertama dan keduanya merupakan riwayat siroh Nabi, akan tetapi kebanyakan riwayat-riwayatnya dalam siroh diambil dari gurunya Al Waaqidy dan beliau telah menukil darinya sebanyak 143 riwayat.demikian juga ditemukan transkrip dari kitab Ibnu ‘Aaidz di Musium Nasonal Inggris di London, transkrip tarikh Ibnu Abi Syaibah di Universitas Islam Madinah.

Akan tetapi dari mereka semuanya ini hanya beberapa saja yang sampai sekarang masih terkenal dan tersohor dalam siroh, diantaranya Ibnu Ishaaq, Al Waqidy dan Ibnu Sa’ad. Khususnya Ibnu Ishaaq yang telah dikenal oleh kebanyakan orang hal itu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Penyampaian siroh dengan mengurutkan waktu kejadian (Tasalsul Zamani)

2. Mengumpulkan semua berita yang sampai kepadanya tentang satu kejadian dan membawakannya dalam satu penyampaian tanpa melihat kepada pengkhususan riwayat seorang dari yang lainnya.

3. Keluasan ilmu dan kedudukan serta ketinggian bahasa (kefasihan) beliau dalam penyampaian

4. Khidmah Ibnu Hisyam dengan menyusun ulang kitab tersebut yang membuat kitab tersebut menjadi lebih baik dan bagus sehingga banyak membuat ulama memperhatikannya dengan meneliti,mensyarah dan memberikan komentar ilmiyah kepadanya.

Kitab siroh Ibnu Hisyam ini telah diterjemahkan dengan judul Siroh Ibnu Hisyam.



6.   Buku-buku yang dikarang dalam sejarah dua tanah suci yaitu Makkah dan Madinah.


Para Ulama telah menulis karangan yang khusus tentan dua kota suci ini dalam rangka menjelaskan sejarah kedua kota ini sebeum dan sesudah islam, sehingga banyak membantu dalam memahami siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم, sehingga dengan demikian juga merupakan satu referensi (rujukan) yang sangat penting dalam siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.

Diantara buku-buku tersebut yang telah diterbitkan pada masa ini adalah: Taarikh Makkah oleh Abul Walid Muhammad bin Abdullah Al Azrooqy (wafat tahun 250 H) dicetak dengan tahqiq As  Syeikh Rusydi Ash Sholih, Taarikh Makkah wa ma Jaa fiha min al atsar dan kitab Ad Duroh AtsTsaminah Fi Akhbaril Madinah oleh Ibnu Najjaar, Akhbaar madinah Rasulullah wa taarikh Makkah oleh Al Faakihany  (wafat tahun 280 H), Syifaul Gharam Bi Akhbaar balad Allah Al Haraam oleh Muhammad bin Ahmad Al Faasy (wafat tahun 832 H) di tahqiq oleh Dr. Umar Abdusalam tadmury, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Zubaalah (wafat tahun 200 H) dicetak dengan tahqiq Abdul Malik bin duhaisy, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Bakkaar (wafat tahun 256 H),Tarikh Al Madinah karya Umar bin Syabah (wafat tahun 262 H) dicetaak oleh As Sayid habib mahmud ahmad dengan tahqiq Fuhaim syaltut,

Buku-buku ini seperti buku-buku yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sempurna dan baik setelah dilihat kembali keabsahan berita yang ada.



7.   Buku-buku taarikh umum.


Buku-buku ini memaparkan sejarah umat manusia dan negara serta tokoh-tokoh sejarah secara umum sejak sebelum islam sampai di masa penulisnya, seperti Taarikh al Umam wa Ar Rausul wa Al Muluk oleh Ibnu Jarir Aththobary dan Tarikh Kholifah bin Khiyath Al Ushfury (wafat tahun 240 H), Al Badu wa At Taarikh karya Ibnu Thohir (wafat tahun 355 H), Futuuh Al buldan karya Ahmad bin Yahya Al Balaadzary (wafat tahun 279 H),Tarikh Al Ya’quby karya Ahmad bin Ja’far bin Wahb (wafat tahun 292), Muruj Al Madzhab dan At tambiih Wal Isyraaf karya Abul Hasan Ali bin Husein Al Mas’udy, Taarikh Damaskus Al Kabir karya Abul Qashim Ali bin Al Hasan bin Asaakir (wafat tahun 571.M) dan lain-lainnya.

Buku-buku ini merupakan referensi penting dalam memahami siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم karena menceritakan kejadian-kejadian yang ada pada waktu itu secara umum. Demikian juga kitab Al Bidayah Wa Al Nihayah karya Ibnu Al Qayim.



8.   Buku-buku sastra arab (Adab).


Ini merupakan referensi pelengkap dalam siroh, karena berisikan syair-syair yang banyak mengisahkan hal-hal yang terjadi dimasa-masa Rasulullah dan sekitarnya. Diantara buku-buku tersebut adalah Al Aghoony karya Abul Faraj Ali bin Hasein Al Ashbahany, Al Kamil fi Al Lughoh wal Adab karya Al Mubarid, Al Waqf wal Ibtida’ wal Adhdhad karya Al Anbary dan Al Aqdul Fariid karya Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin Adurrobih Al Qurthuby



9. Buku-buku pelengkap lainnya

Buku-buku geografi dan buku-buku yang membahas perkembangan Jaziroh Arabiyah dan sekitarnya juga sangat membantu dalam memberikan gambaran jelas keadaan dan kondisi daerah dan sosialnya, sehingga lebih memberi kejelasan himah diturunkannya Rasululloh di jaziroh Arabiyah, seperti buku Khashais Jaziroh Arabiyah karya Syeikh bakr bin Abdillah Abu Zaid. Disamping buku-buku siroh karya para ulama zaman ini yang sangat banyak sekali.

Inilah referensi-referensi yang bisa kita jadikan rujukan dalam mempelajari siroh dengan melihat kembali keabsahan berita yang tertuangkan dalam buku-buku tersebut. Sudah sepantasnyalah kita memberikan perhatian yang lebih terhadap buku-buku yang menjelaskan keabsahan dan keotentikan berita dan data yang ada padanya dengan tetap melihat kepada metode para ulama islam seputar hal tersebut, mudah-mudah dengan demikian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan beliau صلى ا لله عليه وسلم..



E.  Bagaimana Memahami Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم


Seorang yang ingin memahami siroh Nabi dengan benar dan akurat harus kembali mempelajari, merenungkan dan meneliti sumber-sumber pengambilan siroh tersebut dengan memperhatikan metode-metode penulisan siroh Nabi yang telah ditulis para ulama dengan memandang hal-hal sebagai berikut:

1.  Meyakini bahwa As Sunnah An Nabawiyah adalah wahyu dari Allah taala dan siroh merupakan bagian dari Sunnah tersebut

Rasulullah bersabda:

أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ

 ketahuilah bahwa diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisalnya bersamanya”      

2.  Mengetahui bahwa Rasululah ketika terjun memperbaiki umat manusia bukanlah sekedar pembaharu sosial yang bersandar kepada kepakaran dan kehebatannya semata akan tetapi dia adalah seorang Rasul yang diutus Allah dengan wahyu sehingga keberhasilan beliau adalah tauufiq dari Allah,oleh karena itu seluruh aspek kehidupannya berada dibawah bimbingan dan arahan dari Allah.dan dengan demikian kita akan melihat siroh Nabi sebagai siroh yang maksum dan dapat mengarahkan akal kita untuk memahami konsep ini.

3.  Memahami siroh Nabi sebagai siroh yang komprehensif (menyeluruh) dan sempurna yang menggambarkan satu pribadi yang sempurna

4.  Mempelajarinya untuk dapat mengambil faedah dan pelajaran yang dapat digunakan dalam mengarungi kehidupan ini.



F.  Metode Mempelajari Siroh Nabi


Tidak diragukan lagi bahwa dalam mempelajari siroh Nabi dibutuhkan satu metode yang sesuai dengan konsep islam dalam memahami siroh dan sesuai dengan metodologi para Muhaditsin (Ahli Hadits) dalam pembahasan kandungan siroh tersebut. Dari sini para ulama menetapkan metode mempelajari siroh Nabi yaitu metode kritik dan pembuktian kebenaran.

Metode ini adalah metode yang ditetapkan dan diterapkan para Muhaditsin dalam menerima segala khobar dengan melihat dan mempelajari sanad dan matan (isi) berita untuk dapat menguji keotentikan dan keakuratan berita tersebut.

1. Penelitian dan kritik Sanad atau Isnad [4]
Isnad atau sanad adalah rangkaian para periwayat yang menyampaikan suatu khabar (berita) dari satu perawi kepada perawi berikutnya secara berangkai, hingga sampai pada sumber khabar yang diriwayatkan itu. [5]
Dalam konsep islam, sanad dipandang sebagai tulang punggung berita, dia merupakan media kritik terhadap satu berita, karena dengan diketahui siapa-siapa yang meriwayatkannya maka akan dapat diketahui pula nilai berita tersebut. Sanad yang bersambung lagi shohih merupakan karakteristik (kekhususan) umat Islam. Kegunaannya ialah untuk memberikan rasa tentram dan percaya pada berita yang diriwayatkan dengan cara seperti ini, karena didalamnya terhimpun sejumlah bukti dan pendukung berupa perawi-perawinya bersifat adil, tsiqaat dan dhobit. Dari sejumlah pendukung itulah keshahihan suatu berita yang diriwayatkan menjadi kokoh. Kegunaan lainnya, bahwa riwayat-riwayat yang disandarkan pada sanad jauh lebih utama dibandingkan riwayat atau khobar yang disampaikan dengan tanpa sanad,karena sanad dalam suatu riwayat itu dapat digunakan untuk melacak keotentikan riwayat tersebut. Mekanisme kritik dan pengujiannya juga dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan khabar-khabar atau riwayat yang tidak bersanad.[6] Dengan demikian tujuan penetapan sanad adalah memastikan keshahihan (keotentikan) suatu nash (teks) atau berita, serta melenyapkan kepalsuan dan kebohongan yang mungkin ada padanya.

Nilai penting atau urgensi sanad tidak hanya terbatas untuk hadits-hadits Nabawi saja, lebih dari itu juga masuk pada sejumlah cabang ilmu-ilmu lainnya seperti Tafsir ,tarikh, sastra, bahkan sepertinya telah mendominasi metode pengkodifikasian ilmu-ilmu keislaman yang beraneka ragam.

Dalam bidang siroh Nabi,  penyebutan sanad akan banyak membantu pelacakan kebenaran suatu riwayat dan kritik informasi, oleh karena itu para ulama tetap mempertahan keberadaan sanad ini dan terus melakukan pengumpulan, penelitian dan penulisannya. Mereka telah memperhatikan hal ini sejak dini dan terus melakukan usaha keras untuk meluruskan dan membongkar kedustaan yang ada dalam khabar (berita) dengan melalui dua aspek yaitu:

1.  Aspek teoritis, yaitu penetapan kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kedustaan

2.  Aspek praktis, yaitu penjelasan tentang pribadi-pribadi yang disinyalir sebagai pendusta dan seruannya pada umat manusa agar bersikap hati-hati terhadap mereka.

Dalam aspek teoritis, metode kritik para ulama telah berhasil sampai pada peletakan kaidah-kaidah ilmu periwayatan yang canggih dan sangat teliti sebagai puncak kreasi yang dihasilkan oleh kemampuan manusia. Untuk mengetahui ketelitian metode ilmiyah yang diikuti ulama yang berkecimpung ibidang ini, maka cukuplah kita baca karya-karya yang mereka hasilkan dalam bentuk kaidah-kaidah Al Jarh dan At Ta’dil, pengertian istilah-istilah yang tercakup dalam dua kategori itu, urutan hirarkhisnya yang dimuali dari yang teratas -Ta’dil- sampai tingkat yang terbawah –jarh-,syarat-syarat penerimaan suatu riwayat,dimana mereka tetapkan dua syarat pokok terhadap perawi yang bisa diterima periwayatannya, yaitu :

1.   Al Adalah (keadilan) yaitu seorang perawi itu harus muslim, baligh, berakal, jujur, terbebas dari sebab-sebab kefasikan dan terhindar dari hal-hal yang merusak muru’ah (martabat diri)

2.   Adh Dhobt yaitu seorang perawi harus menguasai apa yang diriwayatkannya, hafal atas apa yang diriwayatkan kalau dia meriwayatkannya dengan metode hafalan, cermat dengan kitabnya kalau dia meriwayatkannya dengan melalui kitabnya.

Diantara kaidah-kaidah periwayatan itu adalah menghindari pengambilan riwayat (informasi) dari nara sumber yang lemah (dhoif) dan sebaliknya selalu memilih riwayat dari perawi yang amanah (tsiqat), mensyaratkan kejujuran, karena kebodohan dan kedustaan itu menyebabkan gugurnya sifat Al Adalah (adil) , tidak meriwayatkan dari orang yang kacau dan berubah-ubah hafalannya dan tidak menjadikan riwayat-riwayat dari mereka sebagai hujjah. juga tidak menjadikan sebagai hujjah, hadits-hadits yang berasal dari perawi-perawi yang banyak keliru dan kesalahan dalam periwayatan dan menghindari periwayatan dari ahlil hawa.

Adapun dari aspek praktis adalah seperti penyebutan para perawi,curruculum vitae-nya serta penjelasan kualitas atau penilaian terhadapnya.untuk kepentingan ini terdapat para ulama yang khusus menyusun sejumlah besar karya yang menjelaskan hal tersebut.dan sudah menjadi satu hal yang tidak diragukan lagi bahwa karya-karya tentang kaedah-kaedah periwayatan dan tentang para perawi itu telah memberi andil yang cukup besar dan penting dalam pemurnian islam dan pelurusan siroh dan sejarah Nabi serta Islam umumnya



2.Kritik dan Penelitian Matan.

Secara bahasa matan adalah sesuatu yang keras/terjal dan mencuat dari tanah [7], sedangkan menurut Istilah, matan merupakan susunan kalimat yang tercantum pada akhir sanad pada umumnya dan terkadang ditulis sebelum sanad, yang berarti teks dari khabar itu sendiri. Dan yang dimaksudkan dengan studi matan disini adalah mempelajari nash-nash (teks khabar) dari berbagai seginya;diantaranya ada yang memfokuskan pada penelitian di seputar keshohihannya,apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah dan kaidah-kaidah yang sudah pasti (qath’iy);tidak berlawanan dengan watak zaman dimana peristiwa itu terjadi,tradisi mesyarakat dan nilai-nilainya, dan tidak bertentangan dengan watak alami sesuatu dan informasi-informasi kesejarahan yang telah valid, atau tidak mengandung sesuatu yang tidak mungkin atau kemustahilan, dan lain-lain. Diantaranya pula, studi matan itu ada yang difokuskan pada upaya pemahaman makna nash itu sendiri,baik menyangkut pemahaman atas muatan hukumnya,dalalah (konotasi) nya, atau pemahaman segi bahasa dan lafadznya.

Dalam penelitian hadits dan sumber-sumber siroh ini,para ulama tidak berhenti memberikan perhatian serius pada penelitian matan, karena illat atau cacat [8] hanya meneliti dan memfokuskan penelitian pada sanad akan tetapi juga  satu riwayat dapat terjadi di sanad dan di matan, atas dasaar ini didapatkan para ulama menghukum satu hadits dengan kelemahan sanadnya tidak mesti menunjukkan matannya pun lemah demikian juga sebaliknya,karena boleh jadi ada hadits yang sanadnya lemah tetapi matannya shohih karena ada riwayat dari sanad yang lain yang mendukung keshohihannya, sebagaimana mungkin juga sanadnya shohih tetapi matannya tidak shohih, karena adanya penyelisihan terhadap yang lebih kuat dan shohih (syudzudz) dan illat (cacat yang tidak nampak yang merusak) dalam matan itu [9]
Disini terbukti bahwa para ulama hadits telah memberikan perhatian yang serius pada studi matan sebagaiman mereka memperhatikan studi sanad. Demikian pula mereka tidak hanya menggunakan metode ini pada hadits saja akan tetapi metode ini juga relefan untuk bidang-bidang keislaman yang lainnya seperti tarikh Islam, apalagi pada siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم yang merupakan satu perwujudan dari kehidupan beliau dan masyarakat pada masa itu.

Mudah-mudahan dengan ini akan semakin jelas tujuan dan target kita dalam mempelajari siroh Nabawiyah, sehingga membawa kita semua kepada kesempurnaan dalam meneladani Rasululloh.

Footnote:
[1] As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu Faaris, cetakan pertama, Dar Al furqaan, Ammaan, Yordania hlm. 49.
[2]  Disarikan dari As-Siroh An-Nabawiyah: Durus wa ‘Ibar oleh Musthofa As-Siba’i hlm. 15-20.
[3] Disarikan dari kitab As-Siroh An-Nabawiyah As-Shahihah oleh Akrom Dhiya’ Al-Umary, cetakan ketiga, Maktabah Al ‘Ubaikaan Riyadh, KSA  hlm. 47-50 dan kitab As-Siroh An-Nabawiyah Fi Dhau’i Al-Mashodir Al-Ashliyah oleh Mahdi Rizqullah Ahmad, cetakan pertama, Pecetakan Markaz Al Malik Faishol Lil Buhuts Wa Al Dirasat Al Islamiyah, Riyaadh, KSA hlm 15-46 serta As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu Faaris op.cit hlm. 51-4)
[4] di ringkas dan dirubah dari fitnah kubro karya Frof DR M. Amhazun yang diterjemahkan oleh Daud Rasyid dari hal.39-79 dengan beberapa perubahan dan penambahan.
[5] Al Manhaj Al Islaamy fi AlJarh Wa Ta’dil hal. 23
[6] Akrom dia’ul Umary ,dirasat tarikhiyah hal 26
[7] Al Qamus Al Muhiith.
[8] Iilaat adalah faktor yang tersembunyi, merusak keshohihan hadits kendatipun dari luar tampak tidak ber masalah (lihat Ibnul Madini,ilal al hadits wa Ma’rifat al Rijal hal.10).