Monday 5 August 2013

Mengenal Sejarah Nabi

Rasulullah sebagai sosok teladan yang baik merupakan pribadi yang harus kita ketahui perjalanan hidupnya sejak beliau lahir sampai wafat. Mengetahui sejarah beliau merupakan satu kewajiban yang dibebankan kepada umat ini karena beliau adalah perantara dan penafsir Alquran secara perkataan dan perbuatan, sehingga tidaklah mungkin kita dapat memahami ajaran agama kita tanpa mengetahui sejarah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.

Oleh karena itu, kaum muslimin sejak masa-masa pertama perkembangan Islam telah sibuk mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمdengan merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada beliau dan pada masa-masa beliau hidup serta bersungguh-sungguh menukil hal-hal tersebut dengan penukilan yang teliti dan akurat baik dalam buku-buku hadits dan siroh, atau buku-buku sejarah umum.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa sejarah (siroh) Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan bidang yang sangat penting yang digeluti kaum muslimin dahulu dan sekarang, dan dengan izin Allah U senantiasa menjadi tempat perhatian kaum muslimin karena siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan aplikasi kongkrit dari syariat Ilahi dan penjelas hukum-hukumnya. Dan dari sini muncullah perhatian yang sangat besar dari kalangan ulama Islam untuk mempelajari, meneliti, dan menulis buku-buku dan referensi sejarah beliau صلى ا لله عليه وسلمdengan macam ragam metode penulisan dan penelitian yang mereka pakai sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.

A.   Pengertian Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم


Untuk meluruskan persepsi tentang siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم diperlukan satu pengertian yang benar terhadap siroh tersebut. Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم yang dimaksud di sini adalah kumpulan berita-berita yang diriwayatkan atau dikisahkan berisi peri kehidupan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم yang meliputi nasab, kandungan beliau di perut ibunya, kelahirannya dan keadaan kehidupan yang menyertainya, pemeliharaannya, masa kecilnya, masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan beliau sebagai Nabi, turunnya wahyu kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah di Makkah dan setelah hijrohnya ke Madinah, pembentukan negara di Madinah dan pembelaan beliau terhadap negara tersebut, jihad beliau melawan musuh-musuh agama di dalam negara dan di luarnya, pengiriman duta, utusan-utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau صلى ا لله عليه وسلم, perang-perang penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh Arab dan di luarnya, sakit dan kematian beliau dan pengaruhnya terhadap para sahabat sampai perawatan jenazah beliau [1]

B.   Target dan Faedah Mempelajari Siroh Nabi


Di antara target dan faedah mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah:

1.    Mendapatkan dan menemukan aplikasi kongkrit (pengejawantahan) dari hukum-hukum Islam yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi dalam ragam bidang kehidupan.

2.    Mencontoh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمmenuntut seorang untuk mengetahui sifat-sifat dan keadaan kehidupan beliau dalam segala bidang kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh.sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. 33:21)
3.    Mencontoh dan mengikuti Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan tanda kecintaan seseorang terhadap Allah سبحانه وتعالى dan yang melakukannya akan mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya,  sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:
 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُ



 “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. 3:31)

4.    Mendapatkan dan menemui dalil-dalil mukjizat yang dapat menguatkan dan menambah iman.

5.    Menguatkan azzam kaum mukminin yang mengikuti jalannya Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم dan memantapkan mereka dalam membela agama dan kebenaran serta memberikan ketenangan dalam hati mereka dengan mengenal apa yang terdapat dan terkandung dari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم berupa sikap-sikap keimanan dan kekuatan aqidah beliau dalam menghadapi cobaan dan musuh-musuhnya

6.    Dalam siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم terdapat pelajaran dan nasehat serta hikmah-hikmah yang bisa diambil oleh semua muslim baik penguasa atau rakyat untuk membentuk manusia yang baik.

7.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan gambaran contoh yang tinggi yang dimiliki seorang manusia yang sempurna dari segala sisi.

8.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم berisikan pelajaran-pelajaran yang banyak bagi segala lapisan masyarakat manusia dan meringankan mereka dalam menghadapi segala cobaan dan ujian hidup yang mereka hadapi terlebih lagi para dai.

9.    Membantu memahami Alquran dan sunnah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم

10.   Mendapatkan banyak pengetahuan yang benar tentang bermacam-macam ilmu-ilmu keislaman berupa aqidah, syariat, akhlaq, tafsir, hadits, politik, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dan yang lain-lainnya.
11.   Mengenal perkembangan dan pertumbuhan dakwah Islam dan apa yang terjadi pada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمdan sahabat-sahabatnya dalam menegakkan kalimat Allah serta apa yang dihadapi para sahabat dari kesulitan-kesulitan dan bagaimana mereka bersikap serta solusi pemecahannya
12.   Mengenal sebab turunnya ayat-ayat Alquran dan korelasi ucapan-ucapan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.

13.   Mengenal naskh dan mansukh dalam Alquran dan hadits

14.   Mengenal dengan baik mukjizat-mukjizat yang Allah karuniakan kepada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم

15.   Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم



C.   Keistimewaan Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم


Siroh Rasulullah merupakan siroh (sejarah) yang memiliki banyak keistimewaan sehingga terasa nikmat untuk dipelajari dan ditelaah dibandingkan dengan siroh-siroh yang lainnya, sebagaimana juga ia merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang ulama syariat dan dai Islam dan orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perbaikan umat manusia karena dengan mencontoh gaya dan cara dakwah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم akan menjadikan dakwah mereka benar dan berhasil.

Di antara keistimewaan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah sebagai berikut:

1.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan siroh yang paling absah dan otentik yang menceritakan sejarah para nabi dan rasul, atau tokoh-tokoh pembaharuan umat manusia, karena siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم sampai kepada kita melalu jalan penyampaian yang paling benar dan paling kuat sehingga membuat kemudahan-kemudahan dalam mengenal kejadian-kejadian bersejarah yang ada di dunia ini.

Dan keistimewaan ini tidak terdapat pada siroh selain beliau صلى ا لله عليه وسلم Kita lihat siroh Nabi Musa As telah tercampur antara kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada beliau dengan hal-hal yang dimasukkan oleh orang Yahudi dari penyimpangan dan kesesatan, sehingga kita tidak bisa menjadikan Taurot sebagai sumber pengambilan siroh beliau u yang akurat dan benar. Demikian juga siroh Nabi Isa As karena beredarnya injil-injil yang banyak yang tidak sama isi kitab yang satu dengan yang lainnya, sehingga kita tidak bisa mengambil siroh beliau dengan terjamin keotentikannya.

2.    Kehidupan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah kehidupan yang sangat jelas dalam setiap marhalah-nya (tingkatan), sejak menikah orang tua beliau sampai wafatnya beliau صلى ا لله عليه وسلم, sehingga dapat diketahui kelahirannya, masa kecil dan remajanya, kehidupannya sebelum kenabian dan setelah kenabian sampai wafatnya beliau صلى ا لله عليه وسلم, sehingga berkata seorang pengkritik barat (orientalis) :”sesungguhnya Muhammad  adalah satu-satunya orang yang dilahirkan (jelas seperti) terangnya sinar matahari”.

3.    Sesungguhnya siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم menceritakan siroh seorang manusia yang dimuliakan Allah sebagai Rasul dengan tidak mengeluarkannya dari sifat kemanusiaannya dan tidak ada padanya dongeng-dongeng yang tidak benar.

4.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم menyeluruh kepada seluruh sisi-sisi kehidupan beliau, karena dia mengisahkan kepada kita sejarah kehidupan beliau r dimasa muda sebelum menjadi Nabi dan juga menceritakan kepada kita tentang beliau sebagai seorang pembawa bendera dakwah yang memiliki gaya dan cara yang efektif dan akurat dalam menyampaikan isi dakwahnya, sebagaimana juga mengisahkan beliau sebagai seorang pemimpin negara dan sebagai pemimpin rumah tangga dan pendidik serta politikus sejati.

Ringkasnya siroh Rasulullah meliputi seluruh sisi kehidupan sosial kemanusiaan dalam suatu tatanan kemasyarakatan yang menjadikan beliau sebagai tauladan yang baik bagi da’i, panglima, bapak, suami, teman, pendidik, politikus, pemimpin negara dan yang lain-lainnya.

5.    Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم memberikan kepada kita tanda kebenaran risalahnya dan kenabiannya.[2]
D.  Sumber Pengambilan Siroh Rasulullah [3]

Sesungguhnya siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم secara hakikatnya- adalah ibarat dari risalah yang beliau bawa kepada masyarakat manusia, oleh karena itu sudah selayaknya untuk ditayangkan dalam bentuk yang benar, akurat dan terperinci, sehingga bisa bermanfaat bagi kaum muslimin seluruhnya, maka untuk mencapai hal itu perlu kita menengok kembali kepada sumber-sumber pengambilan siroh tersebut.

Adapun sumber-sumber pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم yang menjadi sumber rujukan para ulama dalam menjelaskan siroh tersebut dapat diglobalkan menjadi 8 sumber, yaitu:

1.   Alquran


Sesungguhnya dalam Alquran terkandung banyak kejadian dari siroh Nabi, baik ketika pada masa Makkah atau Madinah. Demikianlah Alquran telah mengisahkan kepada kita keadaan beliau di masa kecilnya ketika dalam keadaan yatim dan faqir sebagaimana yang ada di dalam firman Allah سبحانه وتعالى:

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَئَاوَى وَوَجَدَكَ ضَآلاًّ فَهَدَى وَوَجَدَكَ عَآئِلاً فَأَغْنَى

 Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kecukupan?” (QS. Al Dhuha 93:6-8)

Dan menceritakan pula kisah turunnya wahyu di Gua Hiro’ dalam firman-Nya:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ

 “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaaq 96:1-5)

Dan tentang mukjizat isra’ dan mi’roj dalan firman-Nya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَآ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

 “Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Isra 17:1)

Dan tentang hijroh beliau صلى ا لله عليه وسلم bersama Abu Bakar dalam firman-Nya:

إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْأَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْهُمَا فِي الْغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَتَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

 “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, pada waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. At Taubah 9:40)

Serta menceritakan pula kisah perang Ahzab dalam firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ جُنُودُُ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا إِذْ جَآءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ اْلأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللهِ الظُّنُونَا هُنَالِكَ ابْتُلِىَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ مَّاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّغُرُورًا وَإِذْ قَالَت طَّآئِفَةٌ مِّنْهُمْ يَآأَهْلَ يَثْرِبَ لاَمُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَئْذِنُ فَرِيقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَاهِيَ بِعَوْرَةٍ إِن يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَارًا وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِم مِّنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لأَتَوْهَا وَمَاتَلَبَّثُوا بِهَآ إِلاَّ يَسِيرًا وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللهَ مِن قَبْلُ لاَيُوَلُّونَ اْلأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللهِ مَسْئُولاً قُل لَّن يَنفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لاَّتُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلاً قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلاَيَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللهِ وَلِيًّا وَلاَنَصِيرًا قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنكُمْ وَالْقَآئِلِينَ لإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلاَيَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلاَّ قَلِيلاً أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَآءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُوْلَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرًا يَحْسَبُونَ اْلأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِن يَأْتِ اْلأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُم بَادُونَ فِي اْلأَعْرَابِ يَسْئَلُونَ عَنْ أَنبَآئِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُم مَّا قَاتَلُوا إِلاَّ قَلِيلاً لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا وَلَمَّا رَءَا الْمُؤْمِنُونَ اْلأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَمَازَادَهُمْ إِلآ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

 “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.’ Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, ‘Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.’ Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, ‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).’ Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat. Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, ‘Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur).’ Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya. Katakanlah, ‘Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.’ Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.’ Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya:”Marilah kepada kami”.Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya.Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:”Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”. (QS. Al Ahzaab 33:9-22) dan :

وَأَنزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُم مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِن صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَّمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرًا

 “Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka.Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak.Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (QS. Al Ahzaab 33:26-27)

dan kisah-kisah lainnya yang cukup banyak.

Akan tetapi untuk dapat mengambil faidah yang sempurna dari Alquran harus melihat kembali kepada buku-buku tafsir yang terpercaya seperti Tafsir bil ma’tsur yaitu Tafsir yang membawakan hadits-hadits yang bersanad periwayatan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran seperti Tafsir ath Thobary dan Tafsir Ibnu Katsir dan buku-buku yang menjelaskan Naasikh dan Mansukh serta buku-buku yang menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Alquran dengan selalu melihat bahwa hadits-hadits tersebut tidak diterima begitu saja akan tetapi harus dilihat ke absahannya



2    Buku-buku Hadits (hadits -hadits Nabi)


Adapun arti pentingnya buku-buku hadits dalam pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم kembali kepada apa yang terkandung dalam buku-buku tersebut dari kumpulan ucapan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat beliau صلى ا لله عليه وسلم baik fisik ataupun akhlaq, karena hadits-hadits tersebut menceritakan kehidupan beliau sehari-hari sehingga memiliki hubungan yang erat sekali dalam pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم. Dan tidak diragukan lagi bahwa madah (isi materi) siroh dalam buku-buku hadits adalah akurat dan wajib di jadikan sandaran dalam pengambilan siroh صلى ا لله عليه وسلم dan di dahulukan dari riwayat-riwayat yang ada dibuku-buku sejarah dan yang lainnya

Diantara buku-buku hadits yang penting dan banyak menceritakan kejadian-kejadian sejarah siroh adalah Shohih Bukhory, Shohih Muslim, Jami’ At Tirmidzy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan An Nasa’i, Sunan Ibnu Majah dan Mushanaf Ibnu Ab Syaibah serta yang lain-lainnya.

Misalnya imam Bukhori telah memberikan perhatian yang besar dalam hal ini sehingga membuat beberaapa kitab dan bab yang khusus menjelaskan sejarah Nabi sebelum dan sesudah diutusnya beliau sebagai Nabi dan Rasul, peperangan dan navigasi militernya, delegasi dan surat-menyurat beliau , keutamaan shohabat dan istri-istri beliau. Demikian juga imam Muslim dalam shohih muslim seperti kitab al jihad was siar, Fadhooil Nabi, Fadhoil shohabat, Imaroh dan banyak tersebar riwayat-riwayat siroh yang beliau sampaikan dalam kitab tersebut.



3.   Buku-buku Syamaail


Buku-buku Syamaail adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan sifat-sifat Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم . Buku-buku ini sangat penting dalam melengkapi siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم sehingga sebagian ulama menulis buku-buku ini terpisah dari buku-buku hadits. Padahal kalau dilihat kembali, sebenarnya sebagian besar hadits-hadits yang berhubungan dengan hal itu ada dalam buku-buku hadits. Diantara ulama-ulama tersebut adalah Imam At Tirmidzy dalam kitabnya Syamaail Muhammadiyah,yang telah diringkas oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albany. Demikian pula Imam Al Baghowy dalam kitab Al Anwaar fi Syamaail An Nabi Al Mukhtar dan Ibnu Katsier dalam buku Syamaail Al Rasul serta Syeikh Muhammad Jamil Jainu dalam buku Quthb Min Al Syamaail Muhammadiyah Wa AL Akhlaq Al Nabawiyah Wa Al Adab Al Islamiyah yang telah diterjemahkan dengan judul Pribadi dan Akhlak Rasul.

Akan tetapi dalam kitab-kitab ini belum seluruhnya berisi hadits-hadits shohih, sehingga sehingga mengharuskan kita untuk memilah-milahnya kembali. Namun Para ulamapun tidak berdiam diri dalam hal ini, mereka mulai memilah-milahnya sehingga memudahkan kita untuk membacanya, diantara ulama yang telah melakukan hal itu adalah Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albanie dalam ringkasan beliau diatas dan Syeikh Muhammad Jamil Jainu dalam buku beliau tersebut.



4.   Buku-buku Dalaail An Nubuwah


Buku-buku ini adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan bukti kebenaran kenabian dan mu’jizat-mu’jizat yang terjadi padanya.

Diantara buku-buku ini adalah kitab Dalaail An Nubuwah karangan Abu Nu’aim Al Ashbahany dan Dalaail An Nubuwah karangan Al Baihaqy.demikian juga Imam Syuyuthy menulis kitab Al Khoshooishul Kubro . akan tetapi kitab-kitab ini pun membutuhkan satu perhatian yang sangat serius agar lebih dapat di manfaatkan.



5.   Buku-buku Maghozy dan siroh


Buku-buku Maghozy ini menampilkan kejadian-kejadian siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم peperangan beliau,pengiriman saraya (pasukan perang yang tidak dipimpin langsung oleh beliau/ Navigasi militer) dan marhalah (tingkatan) dakwah beliau  صلى ا لله عليه وسلمdan buku-buku ini merupakan referensi (rujukan) yang sangat penting dalam mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم

Demikian juga buku-buku siroh yang khusus menjelaskan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم telah dikarang oleh para ulama sejak abad pertama hijriyah, dan diantara ulama-ulama pertama yang terkenal memiliki perhatian khusus dalam penulisan siroh secara umum adalah: Abdullah bin Abbas (Wafat tahun 78 H), Sa’id bin Sa’ad bin Ubadah, Sahl bin Abi Hatsmah (wafat di zaman Muawiyah), Urwah bin Zubair (wafat tahun 92 atau 94 H), Said bin Musayyib (wafat tahun 94 H), Aban bin Utsman bin Affan (wafat tahun 87 atau 105 H) dan Abu Fadhoolah Abdullah bin Kaab bin Maalik Al Anshory (wafat tahun 97 H).dan dalam abad kedua Hijriyah:  Al Qashim bin Muhammad bin Abi Bakr As Shiddiq (wafat tahun 107H), Wahab bin Munabbih (wafat tahun 114 H), Syarahbiil bin Said (wafat Tahun 123 H), Abu Ruh Yazid bin Rumaan Al Asady (wafat tahun 130 H), Abul Aswad Muhammad bin Abdur-Rahman bin Naufal Al Asady (Wafat tahun  131 H), Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm (wafat antara tahun 130 – 135 H), Musa bin Uqbah (wafat tahun 141 H), Muhammad bin Ishaaq Al Muthaliby (wafat tahun 151 H), Yunus bin Yazid Al Aily (wafat tahun 152 H), Ma’mar bin Rasyid Al Bashry(wafat tahun 154 H), Abu Ma’syar As Sindy (wafat setelah tahun 170 H), Abu Ishaaq Al Fazaary (wafat tahun 187 H) dan Al Walid bin Muslim Ad Dimasyqy (wafat tahun 195 H). Sedangkan dalam abad ketiga hijriyah muncul ulama-ulama siroh seperti : Muhammad bin Umar Al Waqidy (wafat tahun 207 H), Abdur-Razaq bin Hammaam As Shon’any (wafat tahun 211 H), Sa’id bin Al Mughiroh bin As Shoyaad Al Mushishy (wafat tahun 220 H), Ahmad bin Muhammad Al Warroq (wafat tahun 227 H), Muhammad bin Saad bin Manii’ Az Zuhry (wafat tahun 230 H), Muhammad bin Aidz Al Qurasyi (wafat tahun 224 H), Sulaiman bin Thorkhaan At Taimy (wafat tahun 245 H), Hisyam bin Ammar (wafat tahun 245 H), Said bin Yahya Al Umawy (wafat tahun 249 H),dan Umar bin Syabah bin Ubaid (wafat tahun 262 H).

Sebagian ulama sejarah telah mengklasifikasikan para ulama penulis siroh menjadi beberapa kelompok tingkatan,yaitu pertama, kedua, dan ketiga dengan tokoh-tokoh yang termasyhur dari mereka.

Kelompok tingkatan yang pertama dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abaan, Urwah, Syarahbiil dan Ibnu Munabbih dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan Prof.Dr. Muhammad Mushthofa Al A’dzomy mengumpulkan riwayat-riwayat Urwah dalam siroh dengan melalui riwayat Abil Aswad darinya dan dicetak dengan judul Maghozi Rasululloh صلى ا لله عليه وسلم li Urwah bin Az Zubair –bi riwayat Abil Aswad yatiim urwah

Kelompok tingkatan yang kedua dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abdullah bin Abi Bakar, ashim, dan Az Zuhry dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan sebagian penulis dan peneliti siroh Nabi pada masa kini mulai mengumpulkan riwayat-riwayat tersebut dalam satu buku, seperti Dr. Suhail zikaar mengumpulkan riwayat-riwayat Az Zuhry dari buku-buku yang ada dan memberi judul Al Maghozy An Nabawiyah

Kelompok tingkatan yang ketiga dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Ibnu Uqbah, Ibnu Raasyid, Ibnu Ishaaq, Al Fazaary, Al waalid, Al Waaqidy, Abdurrozaaq, Al Mushishy, Ibnu Saad, Al Waraq, Ibnu Aidz, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Thorkhon, Ibnu Ammaar, dan Al Umawy dan telah sampai kepada kita beberap juz dari kebanyakan buku-buku mereka,seperti sebagian juz dari maghozy Ibnu Uqbah dan itu berupa satu bagian yang ditemukan Edward S. dan diterbitkan dengan terjemahan bahasa jerman pada tahun 1904 M, beberapa juz dari siroh Ibnu Ishaaq dan yang terpenting adaalah bagian yang terkenal dengan siroh Ibnu Hisyaam kemudian juz yang diberi nama As Siyar wal Maghozy yang diterbitkan dengan tahqiq Dr.Muhammad Hamidullah Al Haidaraabady dan yang lain ditahqiq oleh Dr. Suhai Zikaar, sirotur Rasul r karangan Al fazaary yang ditemukan dua juz dari kitab tersebut di Universitas Al Qorawiin di Maroko yang akan ditahqiq oleh Dr. Faruuq Hammadah, Maghozy Al Waqidy yang dicetak tiga jilid dengan tahqiq M.John, dan juga sampai kepada kita kitab siroh karya Abdurrazaaq yang digabung dengan kitab beliau Al Mushannaf dan itu telah dicetak dan tersebar serta kitab Ath Thobaqaat Al Kubro karya Ibnu Saad yang dicetak dalam tujuh jilid ,pada jilid pertama dan keduanya merupakan riwayat siroh Nabi, akan tetapi kebanyakan riwayat-riwayatnya dalam siroh diambil dari gurunya Al Waaqidy dan beliau telah menukil darinya sebanyak 143 riwayat.demikian juga ditemukan transkrip dari kitab Ibnu ‘Aaidz di Musium Nasonal Inggris di London, transkrip tarikh Ibnu Abi Syaibah di Universitas Islam Madinah.

Akan tetapi dari mereka semuanya ini hanya beberapa saja yang sampai sekarang masih terkenal dan tersohor dalam siroh, diantaranya Ibnu Ishaaq, Al Waqidy dan Ibnu Sa’ad. Khususnya Ibnu Ishaaq yang telah dikenal oleh kebanyakan orang hal itu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Penyampaian siroh dengan mengurutkan waktu kejadian (Tasalsul Zamani)

2. Mengumpulkan semua berita yang sampai kepadanya tentang satu kejadian dan membawakannya dalam satu penyampaian tanpa melihat kepada pengkhususan riwayat seorang dari yang lainnya.

3. Keluasan ilmu dan kedudukan serta ketinggian bahasa (kefasihan) beliau dalam penyampaian

4. Khidmah Ibnu Hisyam dengan menyusun ulang kitab tersebut yang membuat kitab tersebut menjadi lebih baik dan bagus sehingga banyak membuat ulama memperhatikannya dengan meneliti,mensyarah dan memberikan komentar ilmiyah kepadanya.

Kitab siroh Ibnu Hisyam ini telah diterjemahkan dengan judul Siroh Ibnu Hisyam.



6.   Buku-buku yang dikarang dalam sejarah dua tanah suci yaitu Makkah dan Madinah.


Para Ulama telah menulis karangan yang khusus tentan dua kota suci ini dalam rangka menjelaskan sejarah kedua kota ini sebeum dan sesudah islam, sehingga banyak membantu dalam memahami siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم, sehingga dengan demikian juga merupakan satu referensi (rujukan) yang sangat penting dalam siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.

Diantara buku-buku tersebut yang telah diterbitkan pada masa ini adalah: Taarikh Makkah oleh Abul Walid Muhammad bin Abdullah Al Azrooqy (wafat tahun 250 H) dicetak dengan tahqiq As  Syeikh Rusydi Ash Sholih, Taarikh Makkah wa ma Jaa fiha min al atsar dan kitab Ad Duroh AtsTsaminah Fi Akhbaril Madinah oleh Ibnu Najjaar, Akhbaar madinah Rasulullah wa taarikh Makkah oleh Al Faakihany  (wafat tahun 280 H), Syifaul Gharam Bi Akhbaar balad Allah Al Haraam oleh Muhammad bin Ahmad Al Faasy (wafat tahun 832 H) di tahqiq oleh Dr. Umar Abdusalam tadmury, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Zubaalah (wafat tahun 200 H) dicetak dengan tahqiq Abdul Malik bin duhaisy, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Bakkaar (wafat tahun 256 H),Tarikh Al Madinah karya Umar bin Syabah (wafat tahun 262 H) dicetaak oleh As Sayid habib mahmud ahmad dengan tahqiq Fuhaim syaltut,

Buku-buku ini seperti buku-buku yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sempurna dan baik setelah dilihat kembali keabsahan berita yang ada.



7.   Buku-buku taarikh umum.


Buku-buku ini memaparkan sejarah umat manusia dan negara serta tokoh-tokoh sejarah secara umum sejak sebelum islam sampai di masa penulisnya, seperti Taarikh al Umam wa Ar Rausul wa Al Muluk oleh Ibnu Jarir Aththobary dan Tarikh Kholifah bin Khiyath Al Ushfury (wafat tahun 240 H), Al Badu wa At Taarikh karya Ibnu Thohir (wafat tahun 355 H), Futuuh Al buldan karya Ahmad bin Yahya Al Balaadzary (wafat tahun 279 H),Tarikh Al Ya’quby karya Ahmad bin Ja’far bin Wahb (wafat tahun 292), Muruj Al Madzhab dan At tambiih Wal Isyraaf karya Abul Hasan Ali bin Husein Al Mas’udy, Taarikh Damaskus Al Kabir karya Abul Qashim Ali bin Al Hasan bin Asaakir (wafat tahun 571.M) dan lain-lainnya.

Buku-buku ini merupakan referensi penting dalam memahami siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم karena menceritakan kejadian-kejadian yang ada pada waktu itu secara umum. Demikian juga kitab Al Bidayah Wa Al Nihayah karya Ibnu Al Qayim.



8.   Buku-buku sastra arab (Adab).


Ini merupakan referensi pelengkap dalam siroh, karena berisikan syair-syair yang banyak mengisahkan hal-hal yang terjadi dimasa-masa Rasulullah dan sekitarnya. Diantara buku-buku tersebut adalah Al Aghoony karya Abul Faraj Ali bin Hasein Al Ashbahany, Al Kamil fi Al Lughoh wal Adab karya Al Mubarid, Al Waqf wal Ibtida’ wal Adhdhad karya Al Anbary dan Al Aqdul Fariid karya Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin Adurrobih Al Qurthuby



9. Buku-buku pelengkap lainnya

Buku-buku geografi dan buku-buku yang membahas perkembangan Jaziroh Arabiyah dan sekitarnya juga sangat membantu dalam memberikan gambaran jelas keadaan dan kondisi daerah dan sosialnya, sehingga lebih memberi kejelasan himah diturunkannya Rasululloh di jaziroh Arabiyah, seperti buku Khashais Jaziroh Arabiyah karya Syeikh bakr bin Abdillah Abu Zaid. Disamping buku-buku siroh karya para ulama zaman ini yang sangat banyak sekali.

Inilah referensi-referensi yang bisa kita jadikan rujukan dalam mempelajari siroh dengan melihat kembali keabsahan berita yang tertuangkan dalam buku-buku tersebut. Sudah sepantasnyalah kita memberikan perhatian yang lebih terhadap buku-buku yang menjelaskan keabsahan dan keotentikan berita dan data yang ada padanya dengan tetap melihat kepada metode para ulama islam seputar hal tersebut, mudah-mudah dengan demikian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan beliau صلى ا لله عليه وسلم..



E.  Bagaimana Memahami Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم


Seorang yang ingin memahami siroh Nabi dengan benar dan akurat harus kembali mempelajari, merenungkan dan meneliti sumber-sumber pengambilan siroh tersebut dengan memperhatikan metode-metode penulisan siroh Nabi yang telah ditulis para ulama dengan memandang hal-hal sebagai berikut:

1.  Meyakini bahwa As Sunnah An Nabawiyah adalah wahyu dari Allah taala dan siroh merupakan bagian dari Sunnah tersebut

Rasulullah bersabda:

أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ

 ketahuilah bahwa diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisalnya bersamanya”      

2.  Mengetahui bahwa Rasululah ketika terjun memperbaiki umat manusia bukanlah sekedar pembaharu sosial yang bersandar kepada kepakaran dan kehebatannya semata akan tetapi dia adalah seorang Rasul yang diutus Allah dengan wahyu sehingga keberhasilan beliau adalah tauufiq dari Allah,oleh karena itu seluruh aspek kehidupannya berada dibawah bimbingan dan arahan dari Allah.dan dengan demikian kita akan melihat siroh Nabi sebagai siroh yang maksum dan dapat mengarahkan akal kita untuk memahami konsep ini.

3.  Memahami siroh Nabi sebagai siroh yang komprehensif (menyeluruh) dan sempurna yang menggambarkan satu pribadi yang sempurna

4.  Mempelajarinya untuk dapat mengambil faedah dan pelajaran yang dapat digunakan dalam mengarungi kehidupan ini.



F.  Metode Mempelajari Siroh Nabi


Tidak diragukan lagi bahwa dalam mempelajari siroh Nabi dibutuhkan satu metode yang sesuai dengan konsep islam dalam memahami siroh dan sesuai dengan metodologi para Muhaditsin (Ahli Hadits) dalam pembahasan kandungan siroh tersebut. Dari sini para ulama menetapkan metode mempelajari siroh Nabi yaitu metode kritik dan pembuktian kebenaran.

Metode ini adalah metode yang ditetapkan dan diterapkan para Muhaditsin dalam menerima segala khobar dengan melihat dan mempelajari sanad dan matan (isi) berita untuk dapat menguji keotentikan dan keakuratan berita tersebut.

1. Penelitian dan kritik Sanad atau Isnad [4]
Isnad atau sanad adalah rangkaian para periwayat yang menyampaikan suatu khabar (berita) dari satu perawi kepada perawi berikutnya secara berangkai, hingga sampai pada sumber khabar yang diriwayatkan itu. [5]
Dalam konsep islam, sanad dipandang sebagai tulang punggung berita, dia merupakan media kritik terhadap satu berita, karena dengan diketahui siapa-siapa yang meriwayatkannya maka akan dapat diketahui pula nilai berita tersebut. Sanad yang bersambung lagi shohih merupakan karakteristik (kekhususan) umat Islam. Kegunaannya ialah untuk memberikan rasa tentram dan percaya pada berita yang diriwayatkan dengan cara seperti ini, karena didalamnya terhimpun sejumlah bukti dan pendukung berupa perawi-perawinya bersifat adil, tsiqaat dan dhobit. Dari sejumlah pendukung itulah keshahihan suatu berita yang diriwayatkan menjadi kokoh. Kegunaan lainnya, bahwa riwayat-riwayat yang disandarkan pada sanad jauh lebih utama dibandingkan riwayat atau khobar yang disampaikan dengan tanpa sanad,karena sanad dalam suatu riwayat itu dapat digunakan untuk melacak keotentikan riwayat tersebut. Mekanisme kritik dan pengujiannya juga dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan khabar-khabar atau riwayat yang tidak bersanad.[6] Dengan demikian tujuan penetapan sanad adalah memastikan keshahihan (keotentikan) suatu nash (teks) atau berita, serta melenyapkan kepalsuan dan kebohongan yang mungkin ada padanya.

Nilai penting atau urgensi sanad tidak hanya terbatas untuk hadits-hadits Nabawi saja, lebih dari itu juga masuk pada sejumlah cabang ilmu-ilmu lainnya seperti Tafsir ,tarikh, sastra, bahkan sepertinya telah mendominasi metode pengkodifikasian ilmu-ilmu keislaman yang beraneka ragam.

Dalam bidang siroh Nabi,  penyebutan sanad akan banyak membantu pelacakan kebenaran suatu riwayat dan kritik informasi, oleh karena itu para ulama tetap mempertahan keberadaan sanad ini dan terus melakukan pengumpulan, penelitian dan penulisannya. Mereka telah memperhatikan hal ini sejak dini dan terus melakukan usaha keras untuk meluruskan dan membongkar kedustaan yang ada dalam khabar (berita) dengan melalui dua aspek yaitu:

1.  Aspek teoritis, yaitu penetapan kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kedustaan

2.  Aspek praktis, yaitu penjelasan tentang pribadi-pribadi yang disinyalir sebagai pendusta dan seruannya pada umat manusa agar bersikap hati-hati terhadap mereka.

Dalam aspek teoritis, metode kritik para ulama telah berhasil sampai pada peletakan kaidah-kaidah ilmu periwayatan yang canggih dan sangat teliti sebagai puncak kreasi yang dihasilkan oleh kemampuan manusia. Untuk mengetahui ketelitian metode ilmiyah yang diikuti ulama yang berkecimpung ibidang ini, maka cukuplah kita baca karya-karya yang mereka hasilkan dalam bentuk kaidah-kaidah Al Jarh dan At Ta’dil, pengertian istilah-istilah yang tercakup dalam dua kategori itu, urutan hirarkhisnya yang dimuali dari yang teratas -Ta’dil- sampai tingkat yang terbawah –jarh-,syarat-syarat penerimaan suatu riwayat,dimana mereka tetapkan dua syarat pokok terhadap perawi yang bisa diterima periwayatannya, yaitu :

1.   Al Adalah (keadilan) yaitu seorang perawi itu harus muslim, baligh, berakal, jujur, terbebas dari sebab-sebab kefasikan dan terhindar dari hal-hal yang merusak muru’ah (martabat diri)

2.   Adh Dhobt yaitu seorang perawi harus menguasai apa yang diriwayatkannya, hafal atas apa yang diriwayatkan kalau dia meriwayatkannya dengan metode hafalan, cermat dengan kitabnya kalau dia meriwayatkannya dengan melalui kitabnya.

Diantara kaidah-kaidah periwayatan itu adalah menghindari pengambilan riwayat (informasi) dari nara sumber yang lemah (dhoif) dan sebaliknya selalu memilih riwayat dari perawi yang amanah (tsiqat), mensyaratkan kejujuran, karena kebodohan dan kedustaan itu menyebabkan gugurnya sifat Al Adalah (adil) , tidak meriwayatkan dari orang yang kacau dan berubah-ubah hafalannya dan tidak menjadikan riwayat-riwayat dari mereka sebagai hujjah. juga tidak menjadikan sebagai hujjah, hadits-hadits yang berasal dari perawi-perawi yang banyak keliru dan kesalahan dalam periwayatan dan menghindari periwayatan dari ahlil hawa.

Adapun dari aspek praktis adalah seperti penyebutan para perawi,curruculum vitae-nya serta penjelasan kualitas atau penilaian terhadapnya.untuk kepentingan ini terdapat para ulama yang khusus menyusun sejumlah besar karya yang menjelaskan hal tersebut.dan sudah menjadi satu hal yang tidak diragukan lagi bahwa karya-karya tentang kaedah-kaedah periwayatan dan tentang para perawi itu telah memberi andil yang cukup besar dan penting dalam pemurnian islam dan pelurusan siroh dan sejarah Nabi serta Islam umumnya



2.Kritik dan Penelitian Matan.

Secara bahasa matan adalah sesuatu yang keras/terjal dan mencuat dari tanah [7], sedangkan menurut Istilah, matan merupakan susunan kalimat yang tercantum pada akhir sanad pada umumnya dan terkadang ditulis sebelum sanad, yang berarti teks dari khabar itu sendiri. Dan yang dimaksudkan dengan studi matan disini adalah mempelajari nash-nash (teks khabar) dari berbagai seginya;diantaranya ada yang memfokuskan pada penelitian di seputar keshohihannya,apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah dan kaidah-kaidah yang sudah pasti (qath’iy);tidak berlawanan dengan watak zaman dimana peristiwa itu terjadi,tradisi mesyarakat dan nilai-nilainya, dan tidak bertentangan dengan watak alami sesuatu dan informasi-informasi kesejarahan yang telah valid, atau tidak mengandung sesuatu yang tidak mungkin atau kemustahilan, dan lain-lain. Diantaranya pula, studi matan itu ada yang difokuskan pada upaya pemahaman makna nash itu sendiri,baik menyangkut pemahaman atas muatan hukumnya,dalalah (konotasi) nya, atau pemahaman segi bahasa dan lafadznya.

Dalam penelitian hadits dan sumber-sumber siroh ini,para ulama tidak berhenti memberikan perhatian serius pada penelitian matan, karena illat atau cacat [8] hanya meneliti dan memfokuskan penelitian pada sanad akan tetapi juga  satu riwayat dapat terjadi di sanad dan di matan, atas dasaar ini didapatkan para ulama menghukum satu hadits dengan kelemahan sanadnya tidak mesti menunjukkan matannya pun lemah demikian juga sebaliknya,karena boleh jadi ada hadits yang sanadnya lemah tetapi matannya shohih karena ada riwayat dari sanad yang lain yang mendukung keshohihannya, sebagaimana mungkin juga sanadnya shohih tetapi matannya tidak shohih, karena adanya penyelisihan terhadap yang lebih kuat dan shohih (syudzudz) dan illat (cacat yang tidak nampak yang merusak) dalam matan itu [9]
Disini terbukti bahwa para ulama hadits telah memberikan perhatian yang serius pada studi matan sebagaiman mereka memperhatikan studi sanad. Demikian pula mereka tidak hanya menggunakan metode ini pada hadits saja akan tetapi metode ini juga relefan untuk bidang-bidang keislaman yang lainnya seperti tarikh Islam, apalagi pada siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم yang merupakan satu perwujudan dari kehidupan beliau dan masyarakat pada masa itu.

Mudah-mudahan dengan ini akan semakin jelas tujuan dan target kita dalam mempelajari siroh Nabawiyah, sehingga membawa kita semua kepada kesempurnaan dalam meneladani Rasululloh.

Footnote:
[1] As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu Faaris, cetakan pertama, Dar Al furqaan, Ammaan, Yordania hlm. 49.
[2]  Disarikan dari As-Siroh An-Nabawiyah: Durus wa ‘Ibar oleh Musthofa As-Siba’i hlm. 15-20.
[3] Disarikan dari kitab As-Siroh An-Nabawiyah As-Shahihah oleh Akrom Dhiya’ Al-Umary, cetakan ketiga, Maktabah Al ‘Ubaikaan Riyadh, KSA  hlm. 47-50 dan kitab As-Siroh An-Nabawiyah Fi Dhau’i Al-Mashodir Al-Ashliyah oleh Mahdi Rizqullah Ahmad, cetakan pertama, Pecetakan Markaz Al Malik Faishol Lil Buhuts Wa Al Dirasat Al Islamiyah, Riyaadh, KSA hlm 15-46 serta As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu Faaris op.cit hlm. 51-4)
[4] di ringkas dan dirubah dari fitnah kubro karya Frof DR M. Amhazun yang diterjemahkan oleh Daud Rasyid dari hal.39-79 dengan beberapa perubahan dan penambahan.
[5] Al Manhaj Al Islaamy fi AlJarh Wa Ta’dil hal. 23
[6] Akrom dia’ul Umary ,dirasat tarikhiyah hal 26
[7] Al Qamus Al Muhiith.
[8] Iilaat adalah faktor yang tersembunyi, merusak keshohihan hadits kendatipun dari luar tampak tidak ber masalah (lihat Ibnul Madini,ilal al hadits wa Ma’rifat al Rijal hal.10).

No comments:

Post a Comment