Rasulullah
sebagai sosok teladan yang baik merupakan pribadi yang harus kita
ketahui perjalanan hidupnya sejak beliau lahir sampai wafat. Mengetahui
sejarah beliau merupakan satu kewajiban yang dibebankan kepada umat ini
karena beliau adalah perantara dan penafsir Alquran secara perkataan dan
perbuatan, sehingga tidaklah mungkin kita dapat memahami ajaran agama
kita tanpa mengetahui sejarah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.
Oleh karena itu, kaum muslimin sejak masa-masa pertama perkembangan Islam telah sibuk mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمdengan
merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada beliau dan pada masa-masa
beliau hidup serta bersungguh-sungguh menukil hal-hal tersebut dengan
penukilan yang teliti dan akurat baik dalam buku-buku hadits dan siroh,
atau buku-buku sejarah umum.
Sudah tidak diragukan lagi bahwa sejarah (siroh) Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan bidang yang sangat penting yang digeluti kaum muslimin dahulu dan sekarang, dan dengan izin Allah U senantiasa menjadi tempat perhatian kaum muslimin karena siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan
aplikasi kongkrit dari syariat Ilahi dan penjelas hukum-hukumnya. Dan
dari sini muncullah perhatian yang sangat besar dari kalangan ulama
Islam untuk mempelajari, meneliti, dan menulis buku-buku dan referensi
sejarah beliau صلى ا لله عليه وسلمdengan macam ragam metode penulisan dan penelitian yang mereka pakai sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.
A. Pengertian Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم
Untuk meluruskan persepsi tentang siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم diperlukan satu pengertian yang benar terhadap siroh tersebut. Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم yang dimaksud di sini adalah kumpulan berita-berita yang diriwayatkan atau dikisahkan berisi peri kehidupan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم yang
meliputi nasab, kandungan beliau di perut ibunya, kelahirannya dan
keadaan kehidupan yang menyertainya, pemeliharaannya, masa kecilnya,
masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan beliau sebagai Nabi,
turunnya wahyu kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah
di Makkah dan setelah hijrohnya ke Madinah, pembentukan negara di
Madinah dan pembelaan beliau terhadap negara tersebut, jihad beliau
melawan musuh-musuh agama di dalam negara dan di luarnya, pengiriman
duta, utusan-utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau صلى ا لله عليه وسلم,
perang-perang penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh Arab dan di
luarnya, sakit dan kematian beliau dan pengaruhnya terhadap para
sahabat sampai perawatan jenazah beliau [1]
B. Target dan Faedah Mempelajari Siroh Nabi
Di antara target dan faedah mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah:
1. Mendapatkan dan menemukan aplikasi kongkrit
(pengejawantahan) dari hukum-hukum Islam yang terkandung dalam
ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi dalam ragam bidang kehidupan.
2. Mencontoh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمmenuntut seorang untuk mengetahui sifat-sifat dan keadaan kehidupan beliau dalam segala bidang kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh.sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:
لَّقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا
اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. 33:21)
3. Mencontoh dan mengikuti Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan tanda kecintaan seseorang terhadap Allah سبحانه وتعالى dan yang melakukannya akan mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya, sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُ
“Katakanlah,
‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. 3:31)
4. Mendapatkan dan menemui dalil-dalil mukjizat yang dapat menguatkan dan menambah iman.
5. Menguatkan azzam kaum mukminin yang mengikuti jalannya Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم dan
memantapkan mereka dalam membela agama dan kebenaran serta memberikan
ketenangan dalam hati mereka dengan mengenal apa yang terdapat dan
terkandung dari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم berupa sikap-sikap keimanan dan kekuatan aqidah beliau dalam menghadapi cobaan dan musuh-musuhnya
6. Dalam siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم terdapat
pelajaran dan nasehat serta hikmah-hikmah yang bisa diambil oleh semua
muslim baik penguasa atau rakyat untuk membentuk manusia yang baik.
7. Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan gambaran contoh yang tinggi yang dimiliki seorang manusia yang sempurna dari segala sisi.
8. Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم berisikan
pelajaran-pelajaran yang banyak bagi segala lapisan masyarakat manusia
dan meringankan mereka dalam menghadapi segala cobaan dan ujian hidup
yang mereka hadapi terlebih lagi para dai.
9. Membantu memahami Alquran dan sunnah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
10.
Mendapatkan banyak pengetahuan yang benar tentang bermacam-macam
ilmu-ilmu keislaman berupa aqidah, syariat, akhlaq, tafsir, hadits,
politik, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dan yang lain-lainnya.
11. Mengenal perkembangan dan pertumbuhan dakwah Islam dan apa yang terjadi pada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلمdan
sahabat-sahabatnya dalam menegakkan kalimat Allah serta apa yang
dihadapi para sahabat dari kesulitan-kesulitan dan bagaimana mereka
bersikap serta solusi pemecahannya
12. Mengenal sebab turunnya ayat-ayat Alquran dan korelasi ucapan-ucapan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.
13. Mengenal naskh dan mansukh dalam Alquran dan hadits
14. Mengenal dengan baik mukjizat-mukjizat yang Allah karuniakan kepada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
15. Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
C. Keistimewaan Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم
Siroh Rasulullah merupakan siroh (sejarah) yang memiliki banyak keistimewaan sehingga terasa nikmat untuk dipelajari dan ditelaah dibandingkan dengan siroh-siroh
yang lainnya, sebagaimana juga ia merupakan suatu hal yang harus
dimiliki oleh seorang ulama syariat dan dai Islam dan orang yang merasa
bertanggung jawab terhadap perbaikan umat manusia karena dengan
mencontoh gaya dan cara dakwah Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم akan menjadikan dakwah mereka benar dan berhasil.
Di antara keistimewaan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah sebagai berikut:
1. Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم merupakan siroh yang paling absah dan otentik yang menceritakan sejarah para nabi dan rasul, atau tokoh-tokoh pembaharuan umat manusia, karena siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم sampai
kepada kita melalu jalan penyampaian yang paling benar dan paling kuat
sehingga membuat kemudahan-kemudahan dalam mengenal kejadian-kejadian
bersejarah yang ada di dunia ini.
Dan keistimewaan ini tidak terdapat pada siroh selain beliau صلى ا لله عليه وسلم Kita lihat siroh Nabi Musa As telah
tercampur antara kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada beliau
dengan hal-hal yang dimasukkan oleh orang Yahudi dari penyimpangan dan
kesesatan, sehingga kita tidak bisa menjadikan Taurot sebagai sumber
pengambilan siroh beliau u yang akurat dan benar. Demikian juga siroh Nabi Isa As karena
beredarnya injil-injil yang banyak yang tidak sama isi kitab yang satu
dengan yang lainnya, sehingga kita tidak bisa mengambil siroh beliau dengan terjamin keotentikannya.
2. Kehidupan Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم adalah kehidupan yang sangat jelas dalam setiap marhalah-nya (tingkatan), sejak menikah orang tua beliau sampai wafatnya beliau صلى ا لله عليه وسلم,
sehingga dapat diketahui kelahirannya, masa kecil dan remajanya,
kehidupannya sebelum kenabian dan setelah kenabian sampai wafatnya
beliau صلى ا لله عليه وسلم, sehingga berkata seorang pengkritik barat (orientalis) :”sesungguhnya Muhammad adalah satu-satunya orang yang dilahirkan (jelas seperti) terangnya sinar matahari”.
3. Sesungguhnya siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم menceritakan
siroh seorang manusia yang dimuliakan Allah sebagai Rasul dengan tidak
mengeluarkannya dari sifat kemanusiaannya dan tidak ada padanya
dongeng-dongeng yang tidak benar.
4. Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم menyeluruh kepada seluruh sisi-sisi kehidupan beliau, karena dia mengisahkan kepada kita sejarah kehidupan beliau r dimasa
muda sebelum menjadi Nabi dan juga menceritakan kepada kita tentang
beliau sebagai seorang pembawa bendera dakwah yang memiliki gaya dan
cara yang efektif dan akurat dalam menyampaikan isi dakwahnya,
sebagaimana juga mengisahkan beliau sebagai seorang pemimpin negara dan
sebagai pemimpin rumah tangga dan pendidik serta politikus sejati.
Ringkasnya
siroh Rasulullah meliputi seluruh sisi kehidupan sosial kemanusiaan
dalam suatu tatanan kemasyarakatan yang menjadikan beliau sebagai
tauladan yang baik bagi da’i, panglima, bapak, suami, teman, pendidik,
politikus, pemimpin negara dan yang lain-lainnya.
5. Siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم memberikan kepada kita tanda kebenaran risalahnya dan kenabiannya.[2]
D. Sumber Pengambilan Siroh Rasulullah [3]
Sesungguhnya siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم secara
hakikatnya- adalah ibarat dari risalah yang beliau bawa kepada
masyarakat manusia, oleh karena itu sudah selayaknya untuk ditayangkan
dalam bentuk yang benar, akurat dan terperinci, sehingga bisa bermanfaat
bagi kaum muslimin seluruhnya, maka untuk mencapai hal itu perlu kita
menengok kembali kepada sumber-sumber pengambilan siroh tersebut.
Adapun sumber-sumber pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم yang menjadi sumber rujukan para ulama dalam menjelaskan siroh tersebut dapat diglobalkan menjadi 8 sumber, yaitu:
1. Alquran
Sesungguhnya
dalam Alquran terkandung banyak kejadian dari siroh Nabi, baik ketika
pada masa Makkah atau Madinah. Demikianlah Alquran telah mengisahkan
kepada kita keadaan beliau di masa kecilnya ketika dalam keadaan yatim
dan faqir sebagaimana yang ada di dalam firman Allah سبحانه وتعالى:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَئَاوَى وَوَجَدَكَ ضَآلاًّ فَهَدَى وَوَجَدَكَ عَآئِلاً فَأَغْنَى
“Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungimu? Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk?
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan
kecukupan?” (QS. Al Dhuha 93:6-8)
Dan menceritakan pula kisah turunnya wahyu di Gua Hiro’ dalam firman-Nya:
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ
وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ عَلَّمَ اْلإِنسَانَ
مَالَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Bacalah, dan Rabbmulah
Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaaq 96:1-5)
Dan tentang mukjizat isra’ dan mi’roj dalan firman-Nya:
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ
ءَايَاتِنَآ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci
Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Al Isra 17:1)
Dan tentang hijroh beliau صلى ا لله عليه وسلم bersama Abu Bakar dalam firman-Nya:
إِلاَّ
تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْأَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا
ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْهُمَا فِي الْغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ
لاَتَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ
وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ
كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللهُ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ
“Jikalau
tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari
Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, pada waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka
cita, sesungguhya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan
kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang
rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (QS. At Taubah 9:40)
Serta menceritakan pula kisah perang Ahzab dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
جَآءَتْكُمْ جُنُودُُ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ
تَرَوْهَا وَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا إِذْ جَآءُوكُم مِّن
فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ اْلأَبْصَارُ
وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللهِ الظُّنُونَا
هُنَالِكَ ابْتُلِىَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ
مَّاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّغُرُورًا وَإِذْ قَالَت طَّآئِفَةٌ
مِّنْهُمْ يَآأَهْلَ يَثْرِبَ لاَمُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا
وَيَسْتَئْذِنُ فَرِيقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا
عَوْرَةٌ وَمَاهِيَ بِعَوْرَةٍ إِن يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَارًا وَلَوْ
دُخِلَتْ عَلَيْهِم مِّنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ
لأَتَوْهَا وَمَاتَلَبَّثُوا بِهَآ إِلاَّ يَسِيرًا وَلَقَدْ كَانُوا
عَاهَدُوا اللهَ مِن قَبْلُ لاَيُوَلُّونَ اْلأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ
اللهِ مَسْئُولاً قُل لَّن يَنفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ
الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لاَّتُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلاً قُلْ
مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ
أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلاَيَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللهِ وَلِيًّا
وَلاَنَصِيرًا قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنكُمْ
وَالْقَآئِلِينَ لإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلاَيَأْتُونَ
الْبَأْسَ إِلاَّ قَلِيلاً أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَآءَ الْخَوْفُ
رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى
عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ
حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُوْلَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ
اللهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرًا يَحْسَبُونَ
اْلأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِن يَأْتِ اْلأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ
أَنَّهُم بَادُونَ فِي اْلأَعْرَابِ يَسْئَلُونَ عَنْ أَنبَآئِكُمْ وَلَوْ
كَانُوا فِيكُم مَّا قَاتَلُوا إِلاَّ قَلِيلاً لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ
اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا وَلَمَّا رَءَا الْمُؤْمِنُونَ
اْلأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللهُ
وَرَسُولُهُ وَمَازَادَهُمْ إِلآ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah
dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami
kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu
melihatnya.Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan
ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai
ketenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan
(hatinya) dengan goncangan yang sangat.Dan (ingatlah) ketika orang-orang
munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah
dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.’ Dan
(ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, ‘Hai penduduk
Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.’ Dan
sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang)
dengan berkata, ‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada
penjaga).’ Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak
lain hanyalah hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru,
kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka
mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan
dalam waktu yang singkat. Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah
berjanji kepada Allah, ‘Mereka tidak akan berbalik ke belakang
(mundur).’ Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan
jawabnya. Katakanlah, ‘Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu,
jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu
terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan
kecuali sebentar saja.’ Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu
dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau
menghendaki rahmat untuk dirimu.’ Dan orang-orang munafik itu tidak
memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. Sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan
orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya:”Marilah kepada
kami”.Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka
bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka
itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang
yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang,
mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk
berbuat kebaikan.Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan
(pahala) amalnya.Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Mereka
mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan
jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka
ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil
menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.dan sekiranya mereka berada
bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala
orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka
berkata:”Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.Dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya.Dan yang demikian itu tidaklah menambah
kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”. (QS. Al Ahzaab 33:9-22) dan :
وَأَنزَلَ
الَّذِينَ ظَاهَرُوهُم مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِن صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ
فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا
وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَّمْ
تَطَئُوهَا وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرًا
“Dan
Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu
golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia
memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka.Sebahagian mereka kamu bunuh
dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu
tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah
yang belum kamu injak.Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala
sesuatu.” (QS. Al Ahzaab 33:26-27)
dan kisah-kisah lainnya yang cukup banyak.
Akan
tetapi untuk dapat mengambil faidah yang sempurna dari Alquran harus
melihat kembali kepada buku-buku tafsir yang terpercaya seperti Tafsir bil ma’tsur yaitu Tafsir yang membawakan hadits-hadits yang bersanad periwayatan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran seperti Tafsir ath Thobary dan Tafsir Ibnu Katsir dan buku-buku yang menjelaskan Naasikh dan Mansukh
serta buku-buku yang menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Alquran
dengan selalu melihat bahwa hadits-hadits tersebut tidak diterima
begitu saja akan tetapi harus dilihat ke absahannya
2 Buku-buku Hadits (hadits -hadits Nabi)
Adapun arti pentingnya buku-buku hadits dalam pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم kembali kepada apa yang terkandung dalam buku-buku tersebut dari kumpulan ucapan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat beliau صلى ا لله عليه وسلم baik
fisik ataupun akhlaq, karena hadits-hadits tersebut menceritakan
kehidupan beliau sehari-hari sehingga memiliki hubungan yang erat sekali
dalam pengambilan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم. Dan tidak diragukan lagi bahwa madah (isi materi) siroh dalam buku-buku hadits adalah akurat dan wajib di jadikan sandaran dalam pengambilan siroh صلى ا لله عليه وسلم dan di dahulukan dari riwayat-riwayat yang ada dibuku-buku sejarah dan yang lainnya
Diantara buku-buku hadits yang penting dan banyak menceritakan kejadian-kejadian sejarah siroh adalah Shohih Bukhory, Shohih Muslim, Jami’ At Tirmidzy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan An Nasa’i, Sunan Ibnu Majah dan Mushanaf Ibnu Ab Syaibah serta yang lain-lainnya.
Misalnya
imam Bukhori telah memberikan perhatian yang besar dalam hal ini
sehingga membuat beberaapa kitab dan bab yang khusus menjelaskan sejarah
Nabi sebelum dan sesudah diutusnya beliau sebagai Nabi dan Rasul,
peperangan dan navigasi militernya, delegasi dan surat-menyurat beliau ,
keutamaan shohabat dan istri-istri beliau. Demikian juga imam Muslim
dalam shohih muslim seperti kitab al jihad was siar, Fadhooil Nabi, Fadhoil shohabat, Imaroh dan banyak tersebar riwayat-riwayat siroh yang beliau sampaikan dalam kitab tersebut.
3. Buku-buku Syamaail
Buku-buku Syamaail adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan sifat-sifat Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم . Buku-buku ini sangat penting dalam melengkapi siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم sehingga
sebagian ulama menulis buku-buku ini terpisah dari buku-buku hadits.
Padahal kalau dilihat kembali, sebenarnya sebagian besar hadits-hadits
yang berhubungan dengan hal itu ada dalam buku-buku hadits. Diantara
ulama-ulama tersebut adalah Imam At Tirmidzy dalam kitabnya Syamaail Muhammadiyah,yang telah diringkas oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albany. Demikian pula Imam Al Baghowy dalam kitab Al Anwaar fi Syamaail An Nabi Al Mukhtar dan Ibnu Katsier dalam buku Syamaail Al Rasul serta Syeikh Muhammad Jamil Jainu dalam buku Quthb Min Al Syamaail Muhammadiyah Wa AL Akhlaq Al Nabawiyah Wa Al Adab Al Islamiyah yang telah diterjemahkan dengan judul Pribadi dan Akhlak Rasul.
Akan
tetapi dalam kitab-kitab ini belum seluruhnya berisi hadits-hadits
shohih, sehingga sehingga mengharuskan kita untuk memilah-milahnya
kembali. Namun Para ulamapun tidak berdiam diri dalam hal ini, mereka
mulai memilah-milahnya sehingga memudahkan kita untuk membacanya,
diantara ulama yang telah melakukan hal itu adalah Syeikh Muhammad
Nashiruddin Al Albanie dalam ringkasan beliau diatas dan Syeikh Muhammad
Jamil Jainu dalam buku beliau tersebut.
4. Buku-buku Dalaail An Nubuwah
Buku-buku
ini adalah buku-buku yang dikarang untuk menjelaskan bukti kebenaran
kenabian dan mu’jizat-mu’jizat yang terjadi padanya.
Diantara buku-buku ini adalah kitab Dalaail An Nubuwah karangan Abu Nu’aim Al Ashbahany dan Dalaail An Nubuwah karangan Al Baihaqy.demikian juga Imam Syuyuthy menulis kitab Al Khoshooishul Kubro . akan tetapi kitab-kitab ini pun membutuhkan satu perhatian yang sangat serius agar lebih dapat di manfaatkan.
5. Buku-buku Maghozy dan siroh
Buku-buku Maghozy ini menampilkan kejadian-kejadian siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم peperangan beliau,pengiriman saraya (pasukan perang yang tidak dipimpin langsung oleh beliau/ Navigasi militer) dan marhalah (tingkatan) dakwah beliau صلى ا لله عليه وسلمdan buku-buku ini merupakan referensi (rujukan) yang sangat penting dalam mempelajari siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
Demikian juga buku-buku siroh yang khusus menjelaskan siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم telah
dikarang oleh para ulama sejak abad pertama hijriyah, dan diantara
ulama-ulama pertama yang terkenal memiliki perhatian khusus dalam
penulisan siroh secara umum adalah: Abdullah bin Abbas (Wafat tahun 78
H), Sa’id bin Sa’ad bin Ubadah, Sahl bin Abi Hatsmah (wafat di zaman
Muawiyah), Urwah bin Zubair (wafat tahun 92 atau 94 H), Said bin
Musayyib (wafat tahun 94 H), Aban bin Utsman bin Affan (wafat tahun 87
atau 105 H) dan Abu Fadhoolah Abdullah bin Kaab bin Maalik Al Anshory
(wafat tahun 97 H).dan dalam abad kedua Hijriyah: Al
Qashim bin Muhammad bin Abi Bakr As Shiddiq (wafat tahun 107H), Wahab
bin Munabbih (wafat tahun 114 H), Syarahbiil bin Said (wafat Tahun 123
H), Abu Ruh Yazid bin Rumaan Al Asady (wafat tahun 130 H), Abul Aswad
Muhammad bin Abdur-Rahman bin Naufal Al Asady (Wafat tahun
131 H), Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm (wafat antara tahun 130 – 135
H), Musa bin Uqbah (wafat tahun 141 H), Muhammad bin Ishaaq Al Muthaliby
(wafat tahun 151 H), Yunus bin Yazid Al Aily (wafat tahun 152 H),
Ma’mar bin Rasyid Al Bashry(wafat tahun 154 H), Abu Ma’syar As Sindy
(wafat setelah tahun 170 H), Abu Ishaaq Al Fazaary (wafat tahun 187 H)
dan Al Walid bin Muslim Ad Dimasyqy (wafat tahun 195 H). Sedangkan dalam
abad ketiga hijriyah muncul ulama-ulama siroh seperti :
Muhammad bin Umar Al Waqidy (wafat tahun 207 H), Abdur-Razaq bin Hammaam
As Shon’any (wafat tahun 211 H), Sa’id bin Al Mughiroh bin As Shoyaad
Al Mushishy (wafat tahun 220 H), Ahmad bin Muhammad Al Warroq (wafat
tahun 227 H), Muhammad bin Saad bin Manii’ Az Zuhry (wafat tahun 230 H),
Muhammad bin Aidz Al Qurasyi (wafat tahun 224 H), Sulaiman bin
Thorkhaan At Taimy (wafat tahun 245 H), Hisyam bin Ammar (wafat tahun
245 H), Said bin Yahya Al Umawy (wafat tahun 249 H),dan Umar bin Syabah
bin Ubaid (wafat tahun 262 H).
Sebagian
ulama sejarah telah mengklasifikasikan para ulama penulis siroh menjadi
beberapa kelompok tingkatan,yaitu pertama, kedua, dan ketiga dengan
tokoh-tokoh yang termasyhur dari mereka.
Kelompok
tingkatan yang pertama dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abaan,
Urwah, Syarahbiil dan Ibnu Munabbih dan buku-buku mereka tidak ada yang
sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang
dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan Prof.Dr. Muhammad
Mushthofa Al A’dzomy mengumpulkan riwayat-riwayat Urwah dalam siroh
dengan melalui riwayat Abil Aswad darinya dan dicetak dengan judul Maghozi Rasululloh صلى ا لله عليه وسلم li Urwah bin Az Zubair –bi riwayat Abil Aswad yatiim urwah
Kelompok
tingkatan yang kedua dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abdullah bin
Abi Bakar, ashim, dan Az Zuhry dan buku-buku mereka tidak ada yang
sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang
dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan sebagian penulis dan
peneliti siroh Nabi pada masa kini mulai mengumpulkan riwayat-riwayat
tersebut dalam satu buku, seperti Dr. Suhail zikaar mengumpulkan
riwayat-riwayat Az Zuhry dari buku-buku yang ada dan memberi judul Al Maghozy An Nabawiyah
Kelompok
tingkatan yang ketiga dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Ibnu Uqbah,
Ibnu Raasyid, Ibnu Ishaaq, Al Fazaary, Al waalid, Al Waaqidy,
Abdurrozaaq, Al Mushishy, Ibnu Saad, Al Waraq, Ibnu Aidz, Ibnu Abi
Syaibah, Ibnu Thorkhon, Ibnu Ammaar, dan Al Umawy dan telah sampai
kepada kita beberap juz dari kebanyakan buku-buku mereka,seperti
sebagian juz dari maghozy Ibnu Uqbah dan itu berupa satu bagian yang
ditemukan Edward S. dan diterbitkan dengan terjemahan bahasa jerman pada
tahun 1904 M, beberapa juz dari siroh Ibnu Ishaaq dan yang terpenting
adaalah bagian yang terkenal dengan siroh Ibnu Hisyaam kemudian juz yang
diberi nama As Siyar wal Maghozy yang diterbitkan dengan tahqiq
Dr.Muhammad Hamidullah Al Haidaraabady dan yang lain ditahqiq oleh Dr.
Suhai Zikaar, sirotur Rasul r karangan
Al fazaary yang ditemukan dua juz dari kitab tersebut di Universitas Al
Qorawiin di Maroko yang akan ditahqiq oleh Dr. Faruuq Hammadah, Maghozy
Al Waqidy yang dicetak tiga jilid dengan tahqiq M.John, dan juga sampai
kepada kita kitab siroh karya Abdurrazaaq yang digabung dengan kitab
beliau Al Mushannaf dan itu telah dicetak dan tersebar serta kitab Ath
Thobaqaat Al Kubro karya Ibnu Saad yang dicetak dalam tujuh jilid ,pada
jilid pertama dan keduanya merupakan riwayat siroh Nabi, akan tetapi
kebanyakan riwayat-riwayatnya dalam siroh diambil dari gurunya Al
Waaqidy dan beliau telah menukil darinya sebanyak 143 riwayat.demikian
juga ditemukan transkrip dari kitab Ibnu ‘Aaidz di Musium Nasonal
Inggris di London, transkrip tarikh Ibnu Abi Syaibah di Universitas
Islam Madinah.
Akan tetapi dari mereka semuanya ini hanya beberapa saja yang sampai sekarang masih terkenal dan tersohor dalam siroh,
diantaranya Ibnu Ishaaq, Al Waqidy dan Ibnu Sa’ad. Khususnya Ibnu
Ishaaq yang telah dikenal oleh kebanyakan orang hal itu mungkin
disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Penyampaian siroh dengan mengurutkan waktu kejadian (Tasalsul Zamani)
2.
Mengumpulkan semua berita yang sampai kepadanya tentang satu kejadian
dan membawakannya dalam satu penyampaian tanpa melihat kepada
pengkhususan riwayat seorang dari yang lainnya.
3. Keluasan ilmu dan kedudukan serta ketinggian bahasa (kefasihan) beliau dalam penyampaian
4.
Khidmah Ibnu Hisyam dengan menyusun ulang kitab tersebut yang membuat
kitab tersebut menjadi lebih baik dan bagus sehingga banyak membuat
ulama memperhatikannya dengan meneliti,mensyarah dan memberikan komentar
ilmiyah kepadanya.
Kitab siroh Ibnu Hisyam ini telah diterjemahkan dengan judul Siroh Ibnu Hisyam.
6. Buku-buku yang dikarang dalam sejarah dua tanah suci yaitu Makkah dan Madinah.
Para
Ulama telah menulis karangan yang khusus tentan dua kota suci ini dalam
rangka menjelaskan sejarah kedua kota ini sebeum dan sesudah islam,
sehingga banyak membantu dalam memahami siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم, sehingga dengan demikian juga merupakan satu referensi (rujukan) yang sangat penting dalam siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم.
Diantara buku-buku tersebut yang telah diterbitkan pada masa ini adalah: Taarikh Makkah oleh Abul Walid Muhammad bin Abdullah Al Azrooqy (wafat tahun 250 H) dicetak dengan tahqiq As Syeikh Rusydi Ash Sholih, Taarikh Makkah wa ma Jaa fiha min al atsar dan kitab Ad Duroh AtsTsaminah Fi Akhbaril Madinah oleh Ibnu Najjaar, Akhbaar madinah Rasulullah wa taarikh Makkah oleh Al Faakihany (wafat tahun 280 H), Syifaul Gharam Bi Akhbaar balad Allah Al Haraam oleh Muhammad bin Ahmad Al Faasy (wafat tahun 832 H) di tahqiq oleh Dr. Umar Abdusalam tadmury, Tarikh Al Madinah
karya Ibnu Zubaalah (wafat tahun 200 H) dicetak dengan tahqiq Abdul
Malik bin duhaisy, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Bakkaar (wafat tahun 256
H),Tarikh Al Madinah karya Umar bin Syabah (wafat tahun 262 H) dicetaak
oleh As Sayid habib mahmud ahmad dengan tahqiq Fuhaim syaltut,
Buku-buku
ini seperti buku-buku yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sempurna
dan baik setelah dilihat kembali keabsahan berita yang ada.
7. Buku-buku taarikh umum.
Buku-buku
ini memaparkan sejarah umat manusia dan negara serta tokoh-tokoh
sejarah secara umum sejak sebelum islam sampai di masa penulisnya,
seperti Taarikh al Umam wa Ar Rausul wa Al Muluk oleh Ibnu Jarir Aththobary dan Tarikh Kholifah bin Khiyath Al Ushfury (wafat tahun 240 H), Al Badu wa At Taarikh karya Ibnu Thohir (wafat tahun 355 H), Futuuh Al buldan karya Ahmad bin Yahya Al Balaadzary (wafat tahun 279 H),Tarikh Al Ya’quby karya Ahmad bin Ja’far bin Wahb (wafat tahun 292), Muruj Al Madzhab dan At tambiih Wal Isyraaf karya Abul Hasan Ali bin Husein Al Mas’udy, Taarikh Damaskus Al Kabir karya Abul Qashim Ali bin Al Hasan bin Asaakir (wafat tahun 571.M) dan lain-lainnya.
Buku-buku ini merupakan referensi penting dalam memahami siroh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم karena
menceritakan kejadian-kejadian yang ada pada waktu itu secara umum.
Demikian juga kitab Al Bidayah Wa Al Nihayah karya Ibnu Al Qayim.
8. Buku-buku sastra arab (Adab).
Ini
merupakan referensi pelengkap dalam siroh, karena berisikan syair-syair
yang banyak mengisahkan hal-hal yang terjadi dimasa-masa Rasulullah dan
sekitarnya. Diantara buku-buku tersebut adalah Al Aghoony karya Abul Faraj Ali bin Hasein Al Ashbahany, Al Kamil fi Al Lughoh wal Adab karya Al Mubarid, Al Waqf wal Ibtida’ wal Adhdhad karya Al Anbary dan Al Aqdul Fariid karya Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin Adurrobih Al Qurthuby
9. Buku-buku pelengkap lainnya
Buku-buku
geografi dan buku-buku yang membahas perkembangan Jaziroh Arabiyah dan
sekitarnya juga sangat membantu dalam memberikan gambaran jelas keadaan
dan kondisi daerah dan sosialnya, sehingga lebih memberi kejelasan himah
diturunkannya Rasululloh di jaziroh Arabiyah, seperti buku Khashais
Jaziroh Arabiyah karya Syeikh bakr bin Abdillah Abu Zaid. Disamping
buku-buku siroh karya para ulama zaman ini yang sangat banyak sekali.
Inilah referensi-referensi yang bisa kita jadikan rujukan dalam mempelajari siroh dengan
melihat kembali keabsahan berita yang tertuangkan dalam buku-buku
tersebut. Sudah sepantasnyalah kita memberikan perhatian yang lebih
terhadap buku-buku yang menjelaskan keabsahan dan keotentikan berita dan
data yang ada padanya dengan tetap melihat kepada metode para ulama
islam seputar hal tersebut, mudah-mudah dengan demikian dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang kehidupan beliau صلى ا لله عليه وسلم..
E. Bagaimana Memahami Siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم
Seorang yang ingin memahami siroh Nabi dengan benar dan akurat harus kembali mempelajari, merenungkan dan meneliti sumber-sumber pengambilan siroh tersebut dengan memperhatikan metode-metode penulisan siroh Nabi yang telah ditulis para ulama dengan memandang hal-hal sebagai berikut:
1. Meyakini bahwa As Sunnah An Nabawiyah adalah wahyu dari Allah taala dan siroh merupakan bagian dari Sunnah tersebut
Rasulullah bersabda:
أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ
“ketahuilah bahwa diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisalnya bersamanya”
2.
Mengetahui bahwa Rasululah ketika terjun memperbaiki umat manusia
bukanlah sekedar pembaharu sosial yang bersandar kepada kepakaran dan
kehebatannya semata akan tetapi dia adalah seorang Rasul yang diutus
Allah dengan wahyu sehingga keberhasilan beliau adalah tauufiq dari
Allah,oleh karena itu seluruh aspek kehidupannya berada dibawah
bimbingan dan arahan dari Allah.dan dengan demikian kita akan melihat
siroh Nabi sebagai siroh yang maksum dan dapat mengarahkan akal kita
untuk memahami konsep ini.
3. Memahami siroh Nabi sebagai siroh yang komprehensif (menyeluruh) dan sempurna yang menggambarkan satu pribadi yang sempurna
4. Mempelajarinya untuk dapat mengambil faedah dan pelajaran yang dapat digunakan dalam mengarungi kehidupan ini.
F. Metode Mempelajari Siroh Nabi
Tidak diragukan lagi bahwa dalam mempelajari siroh Nabi dibutuhkan satu metode yang sesuai dengan konsep islam dalam memahami siroh dan sesuai dengan metodologi para Muhaditsin (Ahli Hadits) dalam pembahasan kandungan siroh tersebut. Dari sini para ulama menetapkan metode mempelajari siroh Nabi yaitu metode kritik dan pembuktian kebenaran.
Metode
ini adalah metode yang ditetapkan dan diterapkan para Muhaditsin dalam
menerima segala khobar dengan melihat dan mempelajari sanad dan matan (isi) berita untuk dapat menguji keotentikan dan keakuratan berita tersebut.
1. Penelitian dan kritik Sanad atau Isnad [4]
Isnad
atau sanad adalah rangkaian para periwayat yang menyampaikan suatu
khabar (berita) dari satu perawi kepada perawi berikutnya secara
berangkai, hingga sampai pada sumber khabar yang diriwayatkan itu. [5]
Dalam
konsep islam, sanad dipandang sebagai tulang punggung berita, dia
merupakan media kritik terhadap satu berita, karena dengan diketahui
siapa-siapa yang meriwayatkannya maka akan dapat diketahui pula nilai
berita tersebut. Sanad yang bersambung lagi shohih merupakan
karakteristik (kekhususan) umat Islam. Kegunaannya ialah untuk
memberikan rasa tentram dan percaya pada berita yang diriwayatkan dengan
cara seperti ini, karena didalamnya terhimpun sejumlah bukti dan
pendukung berupa perawi-perawinya bersifat adil, tsiqaat dan dhobit.
Dari sejumlah pendukung itulah keshahihan suatu berita yang diriwayatkan
menjadi kokoh. Kegunaan lainnya, bahwa riwayat-riwayat yang disandarkan
pada sanad jauh lebih utama dibandingkan riwayat atau khobar yang
disampaikan dengan tanpa sanad,karena sanad dalam suatu riwayat itu
dapat digunakan untuk melacak keotentikan riwayat tersebut. Mekanisme
kritik dan pengujiannya juga dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih
sempurna dibandingkan dengan khabar-khabar atau riwayat yang tidak
bersanad.[6] Dengan demikian tujuan penetapan sanad adalah memastikan
keshahihan (keotentikan) suatu nash (teks) atau berita, serta melenyapkan kepalsuan dan kebohongan yang mungkin ada padanya.
Nilai
penting atau urgensi sanad tidak hanya terbatas untuk hadits-hadits
Nabawi saja, lebih dari itu juga masuk pada sejumlah cabang ilmu-ilmu
lainnya seperti Tafsir ,tarikh, sastra, bahkan sepertinya telah
mendominasi metode pengkodifikasian ilmu-ilmu keislaman yang beraneka ragam.
Dalam bidang siroh Nabi, penyebutan sanad akan banyak membantu pelacakan kebenaran suatu riwayat dan kritik informasi,
oleh karena itu para ulama tetap mempertahan keberadaan sanad ini dan
terus melakukan pengumpulan, penelitian dan penulisannya. Mereka telah
memperhatikan hal ini sejak dini dan terus melakukan usaha keras untuk
meluruskan dan membongkar kedustaan yang ada dalam khabar (berita)
dengan melalui dua aspek yaitu:
1. Aspek teoritis, yaitu penetapan kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kedustaan
2. Aspek praktis,
yaitu penjelasan tentang pribadi-pribadi yang disinyalir sebagai
pendusta dan seruannya pada umat manusa agar bersikap hati-hati terhadap
mereka.
Dalam
aspek teoritis, metode kritik para ulama telah berhasil sampai pada
peletakan kaidah-kaidah ilmu periwayatan yang canggih dan sangat teliti
sebagai puncak kreasi yang dihasilkan oleh kemampuan manusia. Untuk
mengetahui ketelitian metode ilmiyah yang diikuti ulama yang
berkecimpung ibidang ini, maka cukuplah kita baca karya-karya yang
mereka hasilkan dalam bentuk kaidah-kaidah Al Jarh dan At Ta’dil, pengertian istilah-istilah yang tercakup dalam dua kategori itu, urutan hirarkhisnya yang dimuali dari yang teratas -Ta’dil- sampai tingkat yang terbawah –jarh-,syarat-syarat
penerimaan suatu riwayat,dimana mereka tetapkan dua syarat pokok
terhadap perawi yang bisa diterima periwayatannya, yaitu :
1. Al Adalah
(keadilan) yaitu seorang perawi itu harus muslim, baligh, berakal,
jujur, terbebas dari sebab-sebab kefasikan dan terhindar dari hal-hal
yang merusak muru’ah (martabat diri)
2. Adh Dhobt
yaitu seorang perawi harus menguasai apa yang diriwayatkannya, hafal
atas apa yang diriwayatkan kalau dia meriwayatkannya dengan metode
hafalan, cermat dengan kitabnya kalau dia meriwayatkannya dengan melalui
kitabnya.
Diantara
kaidah-kaidah periwayatan itu adalah menghindari pengambilan riwayat
(informasi) dari nara sumber yang lemah (dhoif) dan sebaliknya selalu
memilih riwayat dari perawi yang amanah (tsiqat), mensyaratkan
kejujuran, karena kebodohan dan kedustaan itu menyebabkan gugurnya sifat
Al Adalah (adil) , tidak meriwayatkan dari orang yang kacau
dan berubah-ubah hafalannya dan tidak menjadikan riwayat-riwayat dari
mereka sebagai hujjah. juga tidak menjadikan sebagai hujjah,
hadits-hadits yang berasal dari perawi-perawi yang banyak keliru dan
kesalahan dalam periwayatan dan menghindari periwayatan dari ahlil hawa.
Adapun dari aspek praktis adalah seperti penyebutan para perawi,curruculum vitae-nya
serta penjelasan kualitas atau penilaian terhadapnya.untuk kepentingan
ini terdapat para ulama yang khusus menyusun sejumlah besar karya yang
menjelaskan hal tersebut.dan sudah menjadi satu hal yang tidak diragukan
lagi bahwa karya-karya tentang kaedah-kaedah periwayatan dan tentang
para perawi itu telah memberi andil yang cukup besar dan penting dalam
pemurnian islam dan pelurusan siroh dan sejarah Nabi serta Islam umumnya
2.Kritik dan Penelitian Matan.
Secara bahasa matan adalah sesuatu yang keras/terjal dan mencuat dari tanah [7], sedangkan menurut Istilah, matan merupakan susunan kalimat yang tercantum pada akhir sanad pada umumnya dan terkadang ditulis sebelum sanad, yang berarti teks dari khabar itu sendiri. Dan yang dimaksudkan dengan studi matan
disini adalah mempelajari nash-nash (teks khabar) dari berbagai
seginya;diantaranya ada yang memfokuskan pada penelitian di seputar
keshohihannya,apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah dan kaidah-kaidah yang sudah pasti (qath’iy);tidak
berlawanan dengan watak zaman dimana peristiwa itu terjadi,tradisi
mesyarakat dan nilai-nilainya, dan tidak bertentangan dengan watak alami
sesuatu dan informasi-informasi kesejarahan yang telah valid, atau tidak mengandung sesuatu yang tidak mungkin atau kemustahilan, dan lain-lain. Diantaranya pula, studi matan itu ada yang difokuskan pada upaya pemahaman makna nash itu sendiri,baik menyangkut pemahaman atas muatan hukumnya,dalalah (konotasi) nya, atau pemahaman segi bahasa dan lafadznya.
Dalam penelitian hadits dan sumber-sumber siroh ini,para ulama tidak berhenti memberikan perhatian serius pada penelitian matan, karena illat atau cacat [8] hanya meneliti dan memfokuskan penelitian pada sanad akan tetapi juga satu riwayat dapat terjadi di sanad dan di matan, atas dasaar ini didapatkan para ulama menghukum satu hadits dengan kelemahan sanadnya tidak mesti menunjukkan matannya pun lemah demikian juga sebaliknya,karena boleh jadi ada hadits yang sanadnya lemah tetapi matannya shohih karena ada riwayat dari sanad
yang lain yang mendukung keshohihannya, sebagaimana mungkin juga
sanadnya shohih tetapi matannya tidak shohih, karena adanya penyelisihan
terhadap yang lebih kuat dan shohih (syudzudz) dan illat (cacat yang tidak nampak yang merusak) dalam matan itu [9]
Disini terbukti bahwa para ulama hadits telah memberikan perhatian yang serius pada studi matan sebagaiman mereka memperhatikan studi sanad.
Demikian pula mereka tidak hanya menggunakan metode ini pada hadits
saja akan tetapi metode ini juga relefan untuk bidang-bidang keislaman
yang lainnya seperti tarikh Islam, apalagi pada siroh Nabi صلى ا لله عليه وسلم yang merupakan satu perwujudan dari kehidupan beliau dan masyarakat pada masa itu.
Mudah-mudahan
dengan ini akan semakin jelas tujuan dan target kita dalam mempelajari
siroh Nabawiyah, sehingga membawa kita semua kepada kesempurnaan dalam
meneladani Rasululloh.
Footnote:
[1] As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu Faaris, cetakan pertama, Dar Al furqaan, Ammaan, Yordania hlm. 49.
[2] Disarikan dari As-Siroh An-Nabawiyah: Durus wa ‘Ibar oleh Musthofa As-Siba’i hlm. 15-20.
[3] Disarikan dari kitab As-Siroh An-Nabawiyah As-Shahihah oleh Akrom Dhiya’ Al-Umary, cetakan ketiga, Maktabah Al ‘Ubaikaan Riyadh, KSA hlm. 47-50 dan kitab As-Siroh An-Nabawiyah Fi Dhau’i Al-Mashodir Al-Ashliyah
oleh Mahdi Rizqullah Ahmad, cetakan pertama, Pecetakan Markaz Al Malik
Faishol Lil Buhuts Wa Al Dirasat Al Islamiyah, Riyaadh, KSA hlm 15-46
serta As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammd Abdul Qadir Abu Faaris op.cit hlm. 51-4) [4] di ringkas dan dirubah dari fitnah kubro karya Frof DR M. Amhazun yang diterjemahkan oleh Daud Rasyid dari hal.39-79 dengan beberapa perubahan dan penambahan.
[5] Al Manhaj Al Islaamy fi AlJarh Wa Ta’dil hal. 23
[6] Akrom dia’ul Umary ,dirasat tarikhiyah hal 26
[7] Al Qamus Al Muhiith.
[8] Iilaat
adalah faktor yang tersembunyi, merusak keshohihan hadits kendatipun
dari luar tampak tidak ber masalah (lihat Ibnul Madini,ilal al hadits wa
Ma’rifat al Rijal hal.10).
No comments:
Post a Comment